"Dinkes, tidak bisa mengambil keputusan sendiri," ujarnya.
"Akan tetapi, kami sudah mengimbau setiap puskesmas untuk menyetop atau jangan memberikan dan meresepkan obat sirup sementara waktu," tekannya lagi.
Dalam hal ini, pihaknya mengaku tetap melakukan kewajibannya, berupa pencegahan sedini mungkin. Mengingat, sudah banyak anak yang terlanjur mengkonsumsi obat jenis sirup.
"Karena berkaitan dengan kasus gagal ginjal akut, tentu sedini mungkin kami menguatkan deteksi dini melalui surveilans," ungkapnya.
Hasilnya, Ia menyebut bahwa hingga saat ini belum mendapatkan laporan adanya kasus gagal ginjal akut pada anak di Kota Banjarmasin.
"Kami sudah meminta tim surveilans yang tersebar di tiap puskesmas. Bila ada gejala yang mengarah pada anak, tentu harus dilaporkan. Mereka terus memantau," tegasnya.
Adapun gejala gagal ginjal akut misterius menurutnya mirip dengan demam. Kendati untuk diagnosa pasti atau lebih jauh, ada pada kewenangan dokter spesialis anak yang ada di rumah sakit.
Baca Juga: Waspadai Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak, Warna Urine Berubah dan Jumlahnya Sedikit
"Gagal ginjal akut, bila sudah terdiagnosa itu angka kematiannya tinggi. Kami tak ingin kecolongan, jadi kami lakukan pendeteksian secara dini. Sehingga penanganan bisa cepat dan angka kematian bisa ditekan," tandasnya.
Seperti diketahui, dalam konferensi persnya belum lama tadi, juru bicara di Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), dr M Syahril, menyarankan agar menggunakan obat dalam bentuk lain.
Sebagai alternatif, bisa menggunakan obat dalam bentuk tablet, kapsul, suppositoria alias obat solid atau padat, dan lainnya.
Di sisi lain, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga melarang etilen glikol dan dietilen glikol dalam produk sirup untuk anak maupun dewasa.
Larangan ini merupakan imbas dari temuan kasus gagal ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) yang masih belum diketahui penyebabnya.