Medan, Sonora.ID - Tingginya harga komoditas utama pada semester pertama serta berlanjutnya program PEN juga diprakirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Doddy Zulverdi dalam gelaran Bincang Bareng Media (BBM) Bulanan Bulan Oktober 2022 dengan sejumlah awak media, Selasa (25/10/2022).
Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) tahun 2022 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2021 dengan rentang proyeksi 4,1%-4,9% (yoy). Prakiraan tersebut dikarenakan kian pulihnya mobilitas dan membaiknya daya beli akan mendorong konsumsi masyarakat.
Namun demikian masih dikatakan Doddy Zulverdi, terus berlanjutnya konflik geopolitik yang berisiko melanjutkan gangguan rantai pasok dan permintaan dari negara mitra dagang, serta perkembangan ekonomi global yang diwarnai inflasi yang tinggi menjadi risiko yang dapat menahan pertumbuhan lebih lanjut.
“Untuk faktor yang mendorong bias ke atas yakni perbaikan rantai pasokan global yang berpotensi mendorong tetap terjaganya kinerja perdagangan global, tetap tingginya harga ekspor komoditas disertai upaya pemerintah dalam mendorong ekspor komoditas utama seperti CPO. Sedangkan untuk faktor-faktor yang mendorong bias ke bawah di antaranya, pandemi Covid-19 yang belum selesai dan wabah penyakit baru yang berisiko menahan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Kemudian konflik geopolitik yang terus berlanjut dapat memperpanjang kebijakan proteksionisme pangan global sehingga kembali mengganggu rantai pasok dan mendorong kenaikan inflasi global dan dari sisi investasi dapat mengakibatkan sikap investor yang wait and see dan cenderung berinvestasi kepada aset safe haven, “papar Doddy Zulverdi.
Sementara, Dalam Kegiatan BBM Bulan Oktober 2022 yang digelar secara offline dan online tersebut, KPw BI Provinsi Sumut ini juga menyampaikan kalau pada periode September 2022, komoditas bensin, angkutan dalam kota, beras, solar dan angkutan antar kota menjadi penyumbang inflasi terbesar Sumatera Utara.
Kondisi ini sejalan dengan adanya kebijakan penyesuaian harga BBM Pertalite, Solar dan Pertamax yang dilakukan oleh Pemerintah per tanggal 3 September 2022 dengan kenaikan masing-masing sebesar 30,72% (Pertalite), 32,04% (Solar) dan 16,00% (Pertamax non-subsidi).
“Kenaikan harga bensin dan solar selanjutnya juga tertransmisikan terhadap kenaikan biaya operasional kendaraan sehingga tarif angkutan antar kota maupun angkutan dalam kota turut meningkat signifikan," terang Doddy.
Namun, lanjut Doddy, peningkatan harga beras disebabkan oleh kenaikan harga gabah di tengah panen yang tidak optimal dan meningkatnya biaya angkut komoditas pangan akibat penyesuaian harga BBM. Inflasi Sumut lebih tinggi tertahan oleh deflasi komoditas hortikultura dan angkutan udara, “terang Doddy Zulverdi.