Cegah Anak Lahir Stunting, Kemenkes Dorong Asupan Bergizi Untuk Remaja

26 Oktober 2022 15:15 WIB
Cegah Anak Lahir Stunting, Kemenkes Dorong  Asupan Bergizi Untuk Remaja
Cegah Anak Lahir Stunting, Kemenkes Dorong Asupan Bergizi Untuk Remaja ( Tangkapan Layar Youtube Kementerian Kesehatan RI)

Sonora.ID - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan penurunan stunting atau kekerdilan di Indonesia sebesar 14 persen pada tahun 2024.

Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, MPH mengatakan berdasarkan data 2021 kasus stunting di Indonesia masih di angka 24 persen. 

Endang menuturkan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada Balita karena kurangnya asupan gizi atau asupan gizi yang tidak adekuat. Penyebab lainya juga karena ada infeksi berulang atau karena kurangnya stimulasi asupan gizi.

“Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa ini bukan angka yang mudah tetapi kalau lapangannya dikelola dengan management yang baik, angka ini bukan angka yang sulit. Kuncinya adalah mengelola implementasi di lapangan sehingga upaya kita aksi bergizi ini adalah upaya kita untuk membuat gerakan implementasi di lapangan. Sehingga untuk mencapai 14% dibutuhkan dukungan dan kerja sama semua pihak yang bentuknya itu adalah bentuk gerakan,'' ujar Dirjen Endang pada Pers Briefing: Gerakan Nasional Aksi Bergizi.

 Baca Juga: Deklarasi Konsensus Nutrisi dan Hidrasi Berbasis Makanan Tradisional untuk Cegah Stunting di Indonesia

Selain itu, lanjut Endang, dari data stunting pada saat lahir itu bayi sudah 23% dalam kondisi stunted panjang badan di bawah 48%. Sisanya 77% atau hampir 80% itu sesudah lahir, pada pasca kelahiran. Sehingga harus membuat intervensi itu dua yaitu intervensi sebelum kelahiran dan intervensi sesudah kelahiran.

''Aksi bergizi ini adalah salah satu intervensi sebelum kelahiran ada di dalam Perpres nomor 72 tahun 2021, yang menjadi indikator penting yaitu remaja putri menerima tablet tambah darah atau mengkonsumsi tablet tambah darah dengan target 90%,'' ucap Endang.

Menurut Endang, perlunya intervensi kepada remaja putri karena sebelum kelahiran bayi, harus diperbaiki kondisi gizinya, bahkan sejak remaja. Karena nanti pada saat remaja perilaku untuk asupan gizi yang baik akan terbawa sampai dengan nanti menjadi dewasa lalu memasuki masa kehamilan.

Salah satu gerakan aksi bergizi, kata Endang adalah pemberian tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri. Endang mengatakan menurut Riskesdas 2018 anemia pada remaja masih sangat tinggi di atas 20%. Secara rinci, anemia pada anak usia 5 sampai 14 tahun sebesar 26,8%, usia 15 sampai dengan 24 tahun mencapai 32%.

Selain itu, lanjutnya, untuk kepatuhan remaja putri mengkonsumsi tablet tambah darah saat ini masih rendah. remaja putri yang memperoleh tablet tambah darah dalam 12 bulan terakhir mencapai 76,2%, tetapi hanya 1,4% remaja putri yang mengkonsumsi tablet tambah darah sesuai anjuran.

''Ini adalah hal yang penting untuk meningkatkan konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri sekaligus juga memperbaiki perilaku mengkonsumsi gizi seimbang. 'Inilah yang akan kita gerakan di dalam gerakan nasional aksi bergizi supaya jadi gerakan bersama dalam mengkonsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri,'' tambah Endang.

Endang menambahkan gerakan ini tujuannya meningkatkan literasi warga sekolah tentang pentingnya mengkonsumsi tablet tambah darah di sekolah, olahraga, dan aktivitas fisik.

Baca Juga: BKKBN Perkuat Pendampingan Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm