Banjarmasin, Sonora.ID – Kasus stunting di Kalimantan Selatan (Kalsel) diklaim berhasil ditekan menjadi 20 persen di tahun 2022.
Sebelumnya, Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, jumlah anak Bawah Lima Tahun (Balita) di Kalsel yang menderita stunting mencapai 30 persen, atau jauh berada di atas rata-rata nasional yang hanya berada di angka 24,4 persen.
Jumlah tersebut menempatkan Kalsel pada urutan ke-6 tertinggi di Indonesia dengan angka 30 poin.
Di sela-sela Diskusi Panel Managemen Audit Kasus Stunting dan Evaluasi Rencana Tindak Lanjut Audit Kasus Stunting Kabupaten/Kota Tingkat Provinsi Kalsel 2022, pada Senin (07/11), Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalsel, Ramlan mengatakan, kegiatan itu dimaksudkan untuk mempercepat pelaksanaan Audit Kasus Stunting di Tingkat Kabupaten/Kota dan untuk mendapatkan gambaran serta rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan di tingkat Provinsi Kalimantan Selatan, dalam upaya percepatan penurunan kasus stunting.
Baca Juga: BKKBN Perkuat Kolaborasi Bersama TNI Turunkan Angka Stunting
Menurutnya, permasalahan yang dihadapi oleh Tim percepatan penurunan kasus stunting berbeda beda di setiap Kabupaten/Kota.
“Pertemuan ini penting dilakukan agar seluruh komponen Tim Audit Kasus Stunting dapat bersinergi dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan percepatan penurunan stunting,” katanya.
Ia menambahkan, jumlah stunting di Kalsel sebelumnya mencapai 30 persen, yang menempatkan daerah ini pada peringkat ke Enam, dengan jumlah kasus tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia.
“Jumlah angka kasus stunting di kalsel, kurang lebih 1.500 kasus,” beber Ramlan.
Berkat kinerja Tim percepatan penurunan stunting, hasil survei sementara menunjukkan, angka stunting di Kalsel pada tahun 2022 turun menjadi 20 persen.