Benar saja, diketahui Inflasi Banjarmasin pada Oktober 2022 sebesar 0,2 persen (mtm), jauh lebih rendah dibanding September 2022 sebesar 1,56 persen (mtm).
Inflasi Banjarmasin yang kian terkendali turut menurunkan tekanan inflasi Kalsel, dari semula 1,42 persen (mtm) pada September 2022, menjadi 0,25 persen (mtm) pada Oktober 2022.
"Sinergi kebijakan antara Pemerintah Daerah dengan BI melalui TPID dan GNPIP dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan komunikasi efektif akan terus diperkuat," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Selatan, Imam Subarkah mengatakan, Banjarmasin adalah penyokong utama ekonomi dan potret inflasi Kalsel.
Hal itu tercermin dari pangsa ekonomi Kota Seribu Sungai yang mencapai 17,88 persen dari total perekonomian Kalsel, serta pangsa Nilai Konsumsi (NK) yang mencapai 83,40 persen dari total NK Kalsel.
“Ke depan risiko tekanan inflasi akan tetap ada. Sehingga memerlukan upaya yang lebih serius melalui operasi pasar jelang Natal dan Tahun Baru, Kerja Sama Antar Daerah (KAD), dan subsidi ongkos angkut untuk menjaga kelancaran distribusi pasokan. Khususnya pada komoditas pangan bergejolak seperti beras, daging sapi, kedelai, gula, bawang merah, dan aneka cabai,” ungkapnya.
Selain itu, demi mendorong produksi pangan unggulan seperti daging dan telur ayam agar bisa mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat, serta memperkuat komunikasi efektif lewat TPID guna menjaga ekspektasi inflasi masyarakat untuk memastikan inflasi agar kembali ke kisaran sasaran 3±1 persen pada 2023.
Baca Juga: Film 'Jendela Seribu Sungai', Peran Wali Kota hingga Bantuan APBD