Dilansir Kompas.com, istilah “bahasa Indonesia” sendiri telah muncul dalam tulisan-tulisan Tabrani sebelum Sumpah Pemuda diselenggarakan. Sementara itu, kata ini pertama kali muncul secara publik dalam surat kabar Hindia Baroe pada 10 Januari 1926.
Pada 11 Februari 1926, di koran yang sama, tulisan Tabrani muncul dengan judul “Bahasa Indonesia”. Adapun isinya membahas pentingnya nama bahasa Indonesia dalam konteks perjuangan bangsa.
Perkembangannya Dipengaruhi Sastrawan
Selanjutnya, perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, di antaranya Marah Rusli, Abdul Muis, Sutan Takdir Alisyahbana, hingga Chairil Anwar. Berkat karya-karyanya, perbendaharaan kosa kata maupun struktur bahasa Indonesia semakin beragam.
Kemudian, lewat angkatan Pujangga Baru, pada 1936, Sutan Takdir Alisjahbana menyusun Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia yang berisi bahasa Melayu Tinggi. Setelah muncul Chairil Anwar, perbedaan antara bahasa Melayu Tinggi dan Melayu Rendah pun pudar.
Baca Juga: Cara Mempersiapkan Event Musik Agar Berjalan Lancar Tanpa Kendala
Tak berhenti sampai situ, pada 25-28 Juni 1938, dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Kongres itu menyimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia.
Melihat hal tersebut, Kongres Bahasa Indonesia kemudian rutin digelar selama lima tahun sekali untuk membahas perkembangan bahasa Indonesia.
Hingga kini, bahasa Indonesia pun terus mengalami pembaharuan karena ada kata-kata dari bahasa asing yang diserap secara perlahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Lantas, bagaimana tanggapan Ivan Lanin terhadap perkembangan bahasa Indonesia? Dengarkan perbincangan lengkap Wisnu Nugroho bersama Ivan Lanin dalam siniar Beginu episode “Bahasa Indonesia, Bahasa Persatuan” yang dapat diakses melalui https://dik.si/BeginuIvanLaninP2 di Spotify.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.