Imam Al Syaukani menjelaskan bahwa kedua ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah tidak melarang umat Islam berbuat baik kepada kafir dhimmi, yaitu orang-orang non-muslim yang mengadakan perjanjian dengan umat Islam dalam menghindari peperangan dan tidak membantu non-muslim lainnya dalam memerangi umat Muslim.
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa Allah tidak melarang kita untuk bersikap adil dalam bermuamalah dengan mereka.
Hal senada juga diungkapkan Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya, bahwa Allah tidak melarang umatnya untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi mereka dalam masalah agama, seperti berbuat baik dalam persoalan perempuan dan orang lemah.
Bahkan Nabi Muhammad SAW juga mengancam umat Islam memerangi non-muslim. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits, yang memiliki arti sebagai berikut.
"Barang siapa membunuh non-muslim yang terikat perjanjian dengan umat Islam, maka ia tidak akan mencium keharuman surga. Sesungguhnya keharuman surga itu bisa dicium dari jarak 40 tahun perjalanan di dunia." (HR Bukhari)
Kaum muslimin yang berbahagia,
Dalam catatan sejarah diceritakan pula bagaimana santunnya Nabi Muhammad SAW ketika bergaul dengan orang-orang Yahudi dan kaum munafik ketika berada di Kota Madinah pascahijrah.
Rasulullah tetap menerima sikap lahiriah mereka dan membiarkan para ahli kitab untuk memeluk agamanya dengan bebas.
Bahkan beliau melarang para sahabatnya memerangi dan menyakiti mereka.
Dalam kisah lainnya, Nabi Muhammad SAW juga pernah menggadaikan baju perangnya kepada Abu Syahm, seorang Yahudi.
Beliau bahkan bersikap ramah ketika menyambut orang-orang Nasrani Najran di Masjid Nabawi, sebagaimana tersebut dalam riwayat Ibn Ishak dan Ibn Sa’ad.
Namun Ali Mustafa menegaskan bahwa sikap toleransi yang dimaksud di sini hanyalah dalam masalah keduniaan, tidak berhubungan dengan permasalahan akidah dan ibadah.
Adapun toleransi dalam masalah-masalah ini, yang menyebabkan seorang Muslim melaksanakan sebagian dari ritual non-muslim seperti Yahudi, Kristen, dan orang-orang musyrik lainnya, baik dalam perkataan, perbuatan, dan akidah adalah terlarang.
Kaum muslimin yang berbahagia,
Konsep toleransi dalam Islam berbeda dengan paham pluralisme yang digembar-gemborkan sebagian pemikir muslim belakangan.
Mereka menganggap semua ajaran agama bermuara kepada tujuan dan maksud sama.
Bahkan mereka menganggap benar semua agama-agama yang ada dan pemeluknya akan masuk surga bersama-sama dengan umat Islam kelak.
Padahal sebenarnya tidak demikian, kita harus jeli dalam memahami persoalan ini.
Memang benar Islam mengakui adanya pluralitas agama dengan dalil firman Allah SWT dalam Surat Al Kafirun ayat ke-6 yang berarti, "Untukmu agamamu dan untukku agamaku."
Ayat ini turun ketika sekelompok kafir Quraisy datang menghadap Nabi SAW kemudian mengajak nabi untuk menyembah tuhan mereka selama satu tahun dan mereka pun akan menyembah sesembahan nabi yaitu Allah SWT juga dalam waktu satu tahun.
Allah SWT lalu menurunkan ayat ini, sebagai penegasan bahwa Islam tidak mengakui kebenaran ajaran agama-agama selain ajaran Islam sendiri, walaupun Islam mengakui keberadaan agama-agama tersebut.
Islam sangat mengakui dan sangat menganjurkan toleransi antarumat beragama.
Namun sebaliknya Islam sangat menentang keras ajaran pluralisme yang membawa kepada keyakinan bahwa semua agama adalah benar.
Lantaran satu-satunya agama di sisi Allah itu hanyalah Islam semata.
semata. (QS Ali Imran ayat 19).
بارك الله لي ولكم فى القران العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلا وته إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا
اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا
Demikianlah paparan khutbah Jumat mengenai pentingnya bersikap toleransi antarumat beragama.
Baca Juga: Tulisan Arab Alhamdulillah Ala Kulli Hal dan Arti Lengkapnya
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.