Makassar, Sonora.ID - Tuberculosis alias TB merupakan salah satu penyakit yang masih menggerogoti tanah air. Hal ini terlihat dari jumlah kasus yang dilaporkan Kementerian Kesehatan mencapai lebih dari 38 ribu pada 2021.
Sulawesi Selatan sendiri masuk dalam 8 provinsi tertinggi penyumbang kasus TB di Indonesia. Adapun 7 provinsi lainnya yakni Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Demikian disampaikan Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) PPTI Sulsel, Riyanti Naziet pada pengukuhan pengurus wilayah PPTI Sulsel Periode 2020-2025 di Hotel Remzy Makassar, belum lama ini. Menurut dia, untuk mengendalikan penyakit TB ini tidak bisa hanya mengandalkan upaya pemerintah. Tetapi membutuhkan peran masyarakat dan organisasi seperti PPTI.
"Data di Dinas Kesehatan Sulsel tahun 2021, tercatat lebih dari 31 ribu kasus estimasi TB di Sulsel. Dari total kasus tersebut, baru 47,3 persen diselesaikan. Sementara, masih ada 53 persen kasus yang belum terindifikasi," ujar Riyant Naziet.
Riyant menuturkan, TB seperti fenomena gunug es. Pasalnya, banyak penderita TB yang enggan melaporkan dan memeriksakan dirinya. Faktornya bermacam-macam. Sebagian besar mereka malu memeriksakan diri karena malu.
Baca Juga: Sosialisasi Deteksi Dini TB di Makassar Lewat Forum Multi Sektor Eliminasi
"Penderita malu karena menganggap TB adalah penyakit kutukan. Padahal, PPTI mencari para penderita untuk disembuhkan," sebutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Provinsi Sulsel Abdul Hayat mengapresiasi organisasi PPTI. Ia pun meminta agar organisasi ini dapat melakukan upaya percepatan penanganan dan pemberantasan TB secara serius, khususnya di Sulawesi Selatan.
Abdul Hayat juga berharap agar PPTI Sulsel dan Kabupaten Kota bisa segera menyusun program dalam pemberantasan TB dengan mengutamakan sinergitas.
Ia menyebut ada empat langkah yang sebaiknya dilakukan dalam penanganan TB di Sulawesi Selatan. Pertama adalah mapping kasus,kedua mengukur kebijakan, selanjutnya adalah jemput bola menyusuri penderita TB di daerah yang rawan.
Langkah terakhir,memberikan monitoring dan evaluasi agar keputusan lebih berkualitas,efektif dan efisien.
Baca Juga: Antusias Ikuti Run to End TB di Makassar, Wujudkan Target Eliminasi TB 2030