Budi menyebut, efek dari stunting adalah rendahnya intelektualitas seseorang sehingga sulit bersaing di dalam dunia kerja. Sementara itu, pendapatan per kapita Indonesia saat ini masih tergolong rendah yakni US$ 4.349,17, jauh tertinggal dengan Singapura yang saat ini pendapatan per kapitanya USD 59,79ribu yang kira-kira setara dengan Rp800 juta.
“Stunting penting untuk kemajuan sebuah negara. Bayangin kalau Indonesia pendapatan per kapitanya naik maka Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini bisa menempati empat ekonomi besar dunia saat bonus demografi,” kata Budi.
Sementara itu, Budi pun menekankan pentingnya pencegahan stunting dari hulu melalui pasangan yang akan menikah. Sebab, pencegahan dari hulu lebih baik ketimbang melakukan intervensi kepada anak yang telah terlahir stunting.
“Jadi pencegahan dari hulu penting dengan pemeriksaan HB. Kita sediakan tablet penambah darah gratis dari Kemenkes. Lalu lingkar lengan juga tidak boleh kurang dari 23,5,” ucapnya.
Sementara itu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan bahwa pihaknya berusaha keras untuk menurunkan angka stunting dengan melakukan kerja tim bersama Bupati/Walikota se Jawa Barat dengan menggelar pertemuan setiap tiga bulan sekali.
“Di Jawa Barat stunting bukan urusan Dinas Kesehatan tapi semua dinas, OPDKB mengurus stunting kalau sudah urusan peradaban semua turun tangan dan kepala daerah,” kata pria yang disapa Kang Emil ini.
Menurut Kang Emil, para Bupati dan Walikota di Jawa Barat sangat peduli terhadap stunting karena akan memengaruhi citra kepemimpinan mereka jika stunting di daerahnya masih tinggi.
Untuk menghadapi bonus demografi, kata Kang Emil, ada dua hal yang harus dipersiapkan diantaranya memahami ekonomi digital dan menciptakan sumber daya manusia yang unggul bebas stunting.
Kang Emil pun berterima kasih kepada BKKBN yang telah banyak membantu Jawa Barat dalam rangka percepatan penurunan stunting.