Sonora.ID - Ikatan Audit Teknologi Indonesia (IATI) bersama Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia (MASKEEI) dan Institut Evaluasi Energi Indonesia (IEEI) menyelenggarakan acara Diskusi Nasional tentang peran Audit Teknologi dan Evaluasi Energi dalam membantu pencapaian sasaran-sasaran pembangunan berkelanjutan nasional, di sektor-sektor ekonomi utama yaitu sektor Industri, terutama sub-sektor industry manufaktur dan sub-sektor ketenagalistrikan (Power Industry), yang sarat penggunaan teknologi dan pemanfaatan energi (energy intensive).
Ketua Umum IATI Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc., IPU mengatakan dalam rangka memenuhi kesapakatan global dalam Paris Agreement 2015 Pemerintah Indonesia telah menyatakan akan berupaya mencapai target Net Zero Emission (NZE) selambatnya tahun 2060 atau lebih cepat. Untuk itu, salah satu langkah menuju pencapaian sasaran tersebut Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan mencapai 41% pada tahun 2030 dengan bantuan dukungan internasional.
"Upaya untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, adalah melaksanakan Transisi Energi dari ketergantungan pada energi fosil menuju pemanfaatan Energi Bersih Berkelanjutan. Dalam merespon terhadap upaya global tersebut, pemerintah Indonesia telah atau sedang melakukan berbagai langkah strategis melalui penyesuaian atau pembuatan kebijakan baru yang mendukung pencapaian sasaran tersebut di tataran nasional, diantaranya dengan mendorong Industri HIjau," ujar Hammam Riza.
Baca Juga: Reporter Sonora Raih Bronze Winner Anugerah Diktiristek 2022
Hammam menjelaskan kebijakan dan Strategi pemerintah dalam membangun industri yang berkelanjutan melalui Pengembangan Industri Hijau di Kementrian Perindustrian mendorong semua industri untuk menerapkan prinsip-prinsip Industri hijau yang dalam seluruh proses produksinya mengutamakan prinsip tidak merusak lingkungan hidup (Producing Low Carbon Emission, maintaining quality Natural Environmental System); menjaga hubungan social yang baik dengan pekerja dan masyarakat (Proper and Just Labor and Social Relations System) serta menerapkan prinsip pengelolaan yang bijak dan bertanggung jawab (Good Governance).
"Dalam pemanfaatan bahan baku dan pembantu untuk proses produksinya, Industri Hijau mengutamakan bahan-bahan yang mengemisikan karbon rendah dan mengelola rantai pasok industrinya sesuai dengan prinsip tersebut," ungkapnya
Mengenai pemanfaatan energi, Hammam menjelaskan Industri Hijau menerapkan upaya efisiensi dan konservasi energi optimal dan penggunaan sumber-sumber daya energi bersih berkelanjutan, dengan memanfaatkan teknologi yang hemat energi dan sejauh mungkin mengoptimalkan pemanfaatkan energi terbarukan atau energi bersih lainnya, serta meminimalisir pemanfaatan energi fosil.
"Pada saatnya nanti, persaingan untuk menarik investasi asing masuk ke Indonesia akan terkendala dengan ketersediaan pembangkit listrik bersih yang ada di Indonesia. Banyak industri yang mempersyaratkan ketersediaan pembangkit yang ramah lingkungan ini dalam proses produksinya, karena komitmen mereka terhadap dunia untuk memenuhi pengurangan emisi karbon di udara," tambahnya
Lebih lanjut Hammam mengatakan IATI bersama- sama dengan MASKEEI dan IEEI, melihat pentingnya memastikan bahwa teknologi yang diterapkan di sector Industri mendukung dicapainya tujuan Transisi Energi menuju Net Zero Emission ( NZE) pada pertengahan abad ini. Untuk itu peran Audit dan Evaluasi Teknologi diperlukan agar men mv cegah adanya penerapan teknologi yang tidak tepat guna vv dan memanfaatkan energi secara tidak efisien.
Baca Juga: Bakamla RI Luncurkan Kapal Patroli Tercepat di Indonesia Untuk Zona Maritim Tengah
"Evaluasi Teknologi secara “ex-ante” juga dapat mencegah pemilihan teknologi yang salah sehingga dapat di hindari kerugian dalam proses produksi di Industri. Pemanfaatan teknologi yang kurang tepat tidak hanya mengakibatkan kerugian di pihak Industri terkait, tetapi juga dapat merugikan lingkungan terkait emisi GRK yang dihasilkan oleh teknologi yang tidak efisien energi.
Hammam menambahkan untuk melakukan pengembangan kapasitas khususnya untuk kapasitas SDM yang mampu melakukan Evaluasi Energi serta Audit Teknologi pada upaya- upaya pemenuhan standar pencapaian pengurangan emisi karbon khasusnya di sektor industri.
"Kami berharap bahwa kami dapat bekerja sama dengan kementerian terkait untuk dapat mewujudkan target pemerintah dalam melakukan Transisi Energi Menuju NeZero Emission (NZE) tahun 2060," pungkasnya.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News