"Pada akhir tahun 2022 kemarin Bapak Presiden RI telah mencabut PPKM, saya rasa ini momentum yang tepat karena dalam 10 bulan terakhir indikator epidemiologis menunjukkan bahwa Indonesia bisa mengendalikan Covid-19. Angka BOR, positivity rate, angka kematian, semuanya di bawah standar WHO,’’ ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Selasa (03/01/2023).
Gubernur Jatim juga turut membeberkan situasi Covid-19 di Jawa Timur yang juga telah selaras dengan upaya pencabutan PPKM ini.
“Jawa Timur Insya Allah sudah sangat siap dalam melepas PPKM ini, berdasarkan indikator epidemiologis seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur telah berhasil mempertahankan level 1 selama 6 bulan berturut turut. Bahkan per kemarin, Senin (2/1) positivity rate Jatim tercatat 2,18 persen dan BOR tercatat 3,78 persen. Angka-angka ini juga semuanya di bawah standar WHO, bahkan angka ini lebih baik dari rata - rata nasional, dimana berdasarkan website kemenkes positivity rate nasional 2,68 persen dan BOR 4,31 persen,” urai Gubernur.
Khofifah berharap langkah pencabutan PPKM berdampak positif ke berbagai sektor, terutama ekonomi dan pendidikan. Dia berharap kondisi ekonomi Jawa Timur pada tahun 2023 lebih baik.
Meskipun PPKM telah dihentikan, Khofifah tetap menganjurkan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan dalam kasus tertentu, meski sifatnya anjuran, tidak lagi wajib. Gubernur juga mendorong booster tetap diperluas.
‘’Pandemi Covid-19 telah mengajarkan kita untuk lebih aware tentang kesehatan, meskipun saat ini penggunaan masker tidak lagi wajib, kami tetap menyarankan untuk penggunaan masker pada kasus tertentu seperti ketika berkunjung ke rumah sakit, ketika sedang sakit atau ketika mengunjungi tempat dengan resiko tinggi. Selain itu kami juga terus sarankan masyarakat untuk lengkapi vaksinasi booster guna memberikan perlindungan yang sangat penting untuk mengawal transisi dari pandemi ke endemi ini,‘’ pungkasnya.