Sragen, Sonora.ID - Tradisi unik di Desa Jatibatur, Kecamatan, Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah masih dilaksanakan hingga kini.
Tradisi ini yakni setiap pasangan penganting baru di daerah tersebut wajib mandi menggunakan air Sendang Kun Gerit.
Mata air Sendang Kun Gerit ini adalah sumber mata air yang kini sudah disulap menjadi salah satu tempat wisata yang sangat berarti bagi warga di Desa Jatibatur.
Desa Jatibatur adalah salah satu desa yang terletak di Bengawan Solo merupakan daerah yang tandus dan kering. Dimana warga di desa Jatibatur tersebut sangat kesulitan untuk membuat sumur.
Setiap warga desa Jatibatur untuk memiliki sebuah sumur, mereka harus menggali lebih dari 40 meter ke bawah tanah untuk bisa menemukan sumber mata air.
Baca Juga: Keindahan Objek Wisata Mata Air Senjoyo Salatiga Jawa Tengah
Warga di Desa Jatibatur mengadalkan air dari Sendang Kun Gerit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak, kegiatan mandi, mencuci baju, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Hal ini yang menjadikan warga di Desa Jatibatur merayakan sesuatu jika mereka sudah mencapai keberhasilan.
Setiap warga di Desa Jatibatur yang mencapai keberhasilan atau merayakan sesuatu, akan menggelar kegiatan kenduren di mata air Sendang Kun Gurit. Sendang Kun Gurit oleh warga desa Jatibatur dianggap sebagai sendang panguripan atau mata air penghidupan.
Dilansir dari TribunSolo.com Sugiman, Direktur Bumi dan Desa Sumber Rejeki, sebagai pengelola wisata Sendang Kun Gerit menyampaikan warga Desa Jatibatur hingga kini masih mempertahankan tradisi tersebut.
Ia menyampaikan bahwa Sendang hingga kini masih dipakai untuk menjalankan tradisi. Salah satunya adalah ketika ada warga Desa Jatibatur yang menikah atau mantenan dalam istilah Jawa.
Pengantin akan diarak untuk mandi di Sendang Kun Gerit. Dalam prosesi arak-arakan tersebut masyarakat membawa sesajen dan perlengkapan lainnya.
Selain kegiatan tradisi mandi di Sendang Kun Gerit, warga di Desa Jatibatur juga masih rutin untuk menggelar tradisi 'Bersih Desa' yang dilaksanakan setiap weton desa Jatibatur yakni pada hari Jumat Pahing.
Baca Juga: Cara Membuat Kartu Nikah Digital untuk Pengantin Lama dan Baru Lengkap dengan Rincian Biayanya
Kegiatan tradisi-tradisi tersebut masih dilakukan untuk melestarikan budaya yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun sejak jaman dahulu.
Sugiman juga menjelaskan, tradisi mengarak kedua manten atau pengantin tersebut dilakukan setelah kedua mempelai bertemu dalam prosesi adat pernikahan Jawa.
Sugiman menyampaikan dulunya dari cerita para sesepuh desa, kedua pengantin dimandikan di Sendang Kun Gerit. Akan tetapi dengan berjalannya waktu, penganting di Desa Jatibatur sudah tidak ada yang dibawa atau diarak ke Sendang Kun Gerit. Saat ini, pelaksaanan tradisi tersebut dilakukan dengan cara mengambil air dari Sendang Kun Gerit lalu dibawa ke rumah untuk melaksanakan tradisi tersebut.
Menurut Sugiman, tradisi ini dilakukan untuk menghormati air sebagai sumber kehidupan ketika dua insan dipertemukan dan dipersatukan.
Hal ini dilaksanakan dengan harapan para pengantin baru tidak lupa dengan tradisi dan budaya dari leluhur yang sudah tumbuh dan berkembang.
Ia juga menambahkan, sumber mata air Sendang Kun Gerit ini keluar secara terus menerus dengan sendirinya.
Sehingga warga di Desa Jatibatur dengan adanya sumber mata air Sendang Kun Gerit ini melakukan dan melestarikan serangkaian tradisi sebagai wujud syukur dari warga disekitar Sendang Kun Gerit ini.
Baca Juga: Menilik Keindahan Objek Wisata Mata Air Senjoyo Salatiga Jawa Tengah