Denpasar, Sonora.ID - Dalam persembahyangan selain nunas Tirtha, umat Hindu juga nunas bija (mebija atau mewija).
Bija atau wija di dalam bahasa Sansekerta disebut gandaksata yang berasal dari kata ganda dan aksata yang artinya biji padi-padian yang utuh serta berbau wangi.
Wija atau bija biasanya dibuat dari biji beras yang dicuci dengan air bersih atau air cendana.
Kadangkala juga dicampur kunyit (Curcuma Domestica VAL) sehingga berwarna kuning, maka disebutlah bija kuning.
Baca Juga: Makna Hari Raya Kuningan yang Masih Serangkaian dengan Hari Suci Galungan
Makna Bija
Wija atau bija adalah lambang Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan Kumara adalah benih ke-Siwa-an/Kedewataan yang bersemayam dalam diri setiap orang.
Mawija mengandung makna menumbuh- kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri orang.
Sehingga disarankan agar dapat menggunakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah (aksata).
Alasan ilmiahnya, beras yang pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh.