Siaran pers dan foto : Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Sosial RI (
)
Sonora.ID - Endang Kusuma Inten Soeweno tak mampu menahan rasa haru saat menginjakkan kembali kakinya ke tempat rehabiitasi sosial yang ia gagas 26 tahun silam.
Menteri Sosial ke-22 itu tampak sumringah memandang bangunan bergaya Jepang yang saat ini diberi nama Sentra Terpadu Inten Soeweno (STIS), namanya.
“Suatu penghargaan atas kebijakan dan keputusan Ibu Menteri Sosial mengabadikan nama saya di sentra terpadu ini, dan ini sangat-sangat membuat saya terharu,” katanya saat memberikan sambutan di Aula Gedung STIS, Rabu (11/1).
Pada tahun 2022, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengusulkan perubahan nama Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Penyandang Disabilitas (BBRVPD) Cibinong dan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BRSPDI) Ciungwanara menjadi Sentra Terpadu Inten Soeweno. Mensos juga memberikan penghargaan kepada Inten Soeweno atas jasanya dalam kesejahteraan sosial lansia dan penyandang disabilitas.
“Apalagi dibarengi dengan pemberian award kepada saya atas perhatian saya kepada disabilitas dan lansia. Saya tidak bisa hadir waktu itu karena sedang sakit, tapi Ibu Risma bersikukuh datang ke rumah saya untuk memberikan award itu,” ujarnya.
Menurut Inten, sikap Mensos kala itu menunjukkan bahwa ia adalah pemimpin yang menghormati senior. Pada tahun 2021, Mensos berkunjung ke rumah Inten Soeweno untuk menyerahkan secara langsung penghargaan kepada Mensos era Presiden Soeharto itu.
Inten Soeweno mengemban amanah sebagai Menteri Sosial pada tahun 1993-1998. Dalam masa jabatannya, ia memprakarsai kerja sama antara Pemerintah Indonesia melalui Departemen Sosial (saat ini Kementerian Sosial) dengan Japan International Coorporate Agency (JICA) untuk membangun sistem rehabilitasi vokasional di Indonesia, salah satunya adalah STIS yang dulu bernama National Vocational Rehabilitation Center (NVRC).
“Awal pembangunan ini pada tahun 1997. Desember diresmikan oleh Wakil Presiden, saat itu adalah Pak Try Sutrisno. Bangunannya masih kokoh, dengan desain Jepang. Tapi tidak bisa kita mengandalkan pembangunan saja, tapi juga perawatannya,” katanya memuji upaya perawatan gedung STIS.
Wanita kelahiran Tulungagung 78 tahun lalu ini merasa bangga atas pencapaian yang didapatkan STIS. Saat kedatangannya, Inten disambut dengan penampilan tarian Manuk Dadali, angklung, dan penampilan lagu yang semuanya dilakukan oleh penyandang disabilitas. Ia juga berkesempatan melihat secara langsung proses pembuatan telur asin, kerajinan keset, hijab ciwitan, dan decoupage oleh penerima manfaat.
STIS mengekspansi layanannya dari disabilitas menjadi multilayanan melayani semua jenis Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).
“Yang jelas saya sangat bangga kepada sentra terpadu ini yang sejak pembangunannya luar biasa. Programnya semakin komprehensif. Kegiatan multidimensi yang belum pernah saya dengar. Kemudian juga anak-anak didiknya, hasilnya juga bagus bisa kita liat waktu perform,” katanya.
Meskipun telah pensiun, Inten masih aktif mengupayakan kesejahteraan sosial bagi orang-orang yang membutuhkan, terutama penyandang disabilitas dan lansia. Usia tidak menjadi penghalang baginya untuk berbakti pada negeri.
“Para disabilitas, tidak ada kondisi yang bisa menghalangi mereka untuk berprestasi dengan catatan harus tetap mau bekerja keras, penuh semangat, berusaha, tidak pantang menyerah, dan kreatif,” ujarnya membakar semangat penerima manfaat yang hadir di aula STIS.
Inten mengalami sendiri bagaimana rasanya menjadi disabilitas. Saat berusia 35 tahun, ia harus merelakan tangan kanannya diamputansi akibat kecelakaan.
“(Kejadian itu) Betul-betul menghapus cita-cita saya, apalagi saya perempuan, tiga anak saya masih kecil. Rasa malu sedih kecewa, putus asa, sebagai orang cacat bercampur aduk di hati saya,” katanya mengenang masa sulit dalam hidupnya.
Namun ia berhasil bangkit, menyadari bahwa pemikiran yang brilianlah yang diperlukan untuk bekerja.
Dalam karirnya, ia berhasil menjabat sebagai anggota DPR RI selama dua periode, dan bahkan diminta langsung oleh Presiden Soeharto untuk menjadi Menteri Sosial di bawah kabinetnya.
Saat ini, Inten Soeweno mengurus Yayasan Kesejahteraan Teratai yang dikelola bersama pensiunan Departemen Sosial lainnya.
Terdapat lebih dari 400 lansia yang mendapat manfaat dari Yayasan Teratai. Ia fokus pada isu lansia dengan harapan usia harapan hidup makin bertambah.
Yayasan Teratai belum lama ini mendapatkan bantuan dari Kemensos. Sejak tahun 2022, Kemensos meluncurkan program permakanan bagi lansia yang dikelola oleh masyarakat.
“Negara harus hadir, mulai tahun 2022 ini. Program khusus lansia itu ada namanya bantuan permakanan. Nah kita memberikan permakanan tiap hari kepada lansia, dan mungkin di tahun 2023 ini akan berlanjut. Kerjasama dengan masyarakat karena yang menyelenggarakan adalah masyarakat termasuk. Bantuan sosial permakanan,” kata Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Pepen Nazarudin kepada awak media saat menerima Inten Soeweno di STIS.