Sonora.ID -Koperasisusu asal Selandia Baru, Fonterra, menerima Penghargaan Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin), yang telah memenuhi serangkaian persyaratan dan insentif keberlanjutan untuk membantu Indonesia menurunkan emisi karbonnya hingga 29 persen pada tahun 2030.
Mengenai penghargaan tersebut, Kepala Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Hermas Supriadi menyatakan bahwa berdasarkan data perusahaan industri peserta Penghargaan Industri Hijau tahun 2022, apabila seluruh industri besar dan menengah di Indonesia menerapkan prinsip industri hijau, diperkirakan potensi penghematan energi mencapai 30.921 Terajoule (TJ) atau setara dengan Rp9,8 Triliun.
“Selain itu, potensi transisi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 316.519 TJ, yang diperoleh melalui penggunaan panel surya, biomass, juga pemanfaatan limbah sebagai substitusi bahan bakar," ujar Herman dalam keterangannya, Jumat (13/01/223).
Ia menjelaskan potensi penghematan air mencapai 8.335 juta meter kubik, setara dengan Rp20 Triliun yang diperoleh melalui upaya efisiensi air dan penggunaan air daur ulang dalam proses produksi," ungkapnya.
Program Industri Hijau Indonesia sendiri dimaksudkan untuk mendukung pemerintah Republik Indonesia dalam transformasinya menuju pembangunan industri yang berkelanjutan, menyelaraskan pertumbuhan industri dengan kelestarian lingkungan untuk kepentingan masyarakat secara luas dan ibu pertiwi.
Sementara itu, Operations Director Fonterra Brands Indonesia M. Ali Nasution mengatakan Fonterra merasa sangat terhormat akan diakuinya proses manufaktur mereka yang berkelanjutan.
"Menjadi pemimpin dalam keberlanjutan adalah salah satu pilihan strategis yang telah kami buat selagi kami mempersiapkan target 2030 kami, dan sistem berbasis padang rumput Selandia Baru telah membantu kami memberikan nutrisi produk susu rendah karbon untuk dunia," ujarnya
Menurutnya, pada tahun 2020, Fonterra Indonesia mengimplementasikan sistem tenaga surya pertama untuk Fonterra di Asia Tenggara di fasilitas manufakturnya di Cikarang.
“Dengan mengutilisasi energi panas dari matahari, sistem ini menggerakkan antara 15 hingga 25 persen kebutuhan energi fasilitas manufaktur tersebut dan telah mengurangi emisi CO2 fasilitas manufaktur tersebut hingga lebih dari 424 metrik ton per tahun,” lanjut Nasution.
Plant Manager Fonterra Brands Indonesia, Mohammad Aslam mengatakan bahwa menjaga dan meregenerasi lingkungan di komunitas Fonterra bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan sendiri, namun dibutuhkan upaya kolaboratif.
“Tahun ini, bahkan dengan adanya tantangan besar pandemi COVID-19, kami terus berusaha mengurangi jejak karbon di pabrik kami.”
“Kami telah berhasil mencapai target 30% lebih pengurangan emisi karbon melalui pemasangan solar panel dan penggunaan lampu LED, dan kami juga telah mencapai 30% lebih pengurangan penggunaan air melalui pemanfaatan air hujan (rainwater harvesting) di pabrik kami, " ungkapnya