Gadis itu berpakaian sangat bagus dan berjalan di depan ibunya. Sedangkan ibu berjalan di belakang, membawa keranjang, memakai pakaian kotor. Tidak ada yang tahu bahwa mereka adalah ibu dan anak.
Saat memasuki desa terdekat, orang-orang melihat mereka. Para pemuda begitu terpesona dengan kecantikan gadis itu. Namun, dia berbeda dengan seorang wanita yang berjalan di belakangnya. Itu membuat orang bertanya-tanya.
Beberapa pemuda bertanya padanya apakah wanita itu ibunya. Namun dengan angkuh gadis itu menjawab bahwa wanita tua itu adalah pembantunya. Lebih banyak orang bertanya padanya sepanjang jalan ke pasar. Dia memberikan jawaban yang sama bahwa ibunya adalah budaknya.
Akhirnya, sang ibu sangat sakit hati mendengar jawaban putrinya. Ibu berdoa kepada Tuhan untuk menghukum putrinya yang durhaka.
Tiba-tiba, gadis itu berhenti lalu perlahan berubah menjadi batu. Putrinya menangis dan meminta maaf kepada ibunya.
Tapi sudah terlambat. Gadis cantik itu berubah menjadi batu selamanya tetapi terus menangisi penyesalannya kepada ibunya.
2. The Legend of Tangkuban Perahu Mountain
Once, there was a kingdom in Priangan Land. Lived a happy family. They were a father in form of dog,his name is Tumang, a mother which was called is Dayang Sumbi, and a child which was called Sangkuriang.
One day, Dayang Sumbi asked her son to go hunting with his lovely dog, Tumang. After hunting all day, Sangkuriang began desperate and worried because he hunted no deer. Then he thought to shot his own dog. Then he took the dog liver and carried home.
Soon Dayang Sumbi found out that it was not deer lever but Tumang’s, his own dog. So, She was very angry and hit Sangkuriang’s head. In that incident, Sangkuriang got wounded and scar then cast away from their home.
Years go by, Sangkuriang had travel many places and finally arrived at a village. He met a beautiful woman and felt in love with her. When they were discussing their wedding plans, The woman looked at the wound in Sangkuriang’s head. It matched to her son’s wound who had left severall years earlier. Soon she realized that she felt in love with her own son.
She couldn’t marry him but how to say it. Then, she found the way. She needed a lake and a boat for celebrating their wedding day. Sangkuriang had to make them in one night. He built a lake. With a dawn just moment away and the boat was almost complete. Dayang Sumbi had to stop it. Then, she lit up the eastern horizon with flashes of light. It made the cock crowed for a new day.
Sangkuriang failed to marry her. She was very angry and kicked the boat. It felt over and became the mountain of Tangkuban Perahu Bandung.
Artinya:
Legenda Gunung Tangkuban Perahu
Suatu waktu, ada sebuah kerajaan di tanah Priangan. Tinggallah sebuah keluarga yang bahagia. Mereka adalah ayah dalam bentuk anjing, namanya Tumang, seorang ibu yang dipanggil Dayang Sumbi, dan seorang anak yang dipanggil Sangkuriang.
Suatu hari, Dayang Sumbi meminta anaknya untuk pergi berburu dengan anjing kesayangannya, Tumang. Setelah berburu sepanjang hari, Sangkuriang mulai putus asa dan khawatir karena tidak mendapatkan satu rusapun. Kemudian ia berpikir untuk menembak anjingnya sendiri. Kemudian ia mengambil hati anjing dan dibawanya pulang.
Tidak berlangsung lama, Dayang Sumbi menetahui bahwa itu bukan tuas rusa tapi Tumang, anjingnya sendiri. Maka, Dayang Sumbi mejadi sangat marah dan memukul kepala Sangkuriang anaknya ini. Dalam kejadian itu, Sangkuriang sampai terluka dan bekas luka nya tidak hilang setelah kejadian itu, Sangkuriang pergi jauh dari rumahnya.
Tahun telah berganti tahun, Sangkuriang telah banyak mengujungi tempat dan akhirnya tiba di sebuah desa. Dia bertemu seorang wanita cantik dan merasa jatuh cinta padanya. Ketika mereka sedang mendiskusikan rencana pernikahan mereka, Wanita itu menatap luka di kepala Sangkuriang ini. Luka itu cocok dengan luka anaknya yang telah meninggalkannya beberapa tahun sebelumnya. Segera Dayang Sumbi menyadari bahwa dia telah jatuh cinta dengan anaknya sendiri.
Dia tidak bisa menikah dengannya tetapi bagaimana mengatakannya. Kemudian, ia menemukan cara. Dia mengingikan sebuah danau dan perahu untuk merayakan hari pernikahan mereka. Sangkuriang harus membuat danau dan perahu itu dalam satu malam. Dia membangun sebuah danau. Waktu hampir fajar dan perahu pun hampir selesai. Dayang Sumbi harus menghentikannya. Kemudian, ia menyalakan ufuk timur dengan kilatan cahaya. Hal ini membuat ayam berkokok menyambut hari pagi.