Makassar, Sonora.ID - Secara global, kelainan refraksi yang tak terkoreksi (seperti mata minus dan silinder) merupakan penyebab utama gangguan penglihatan yang seharusnya dapat dicegah. Jumlah penderitanya berkisar 88,4 juta orang . Laporan InfoDATIN, Kementerian Kesehatan pada 2018 memperlihatkan bahwa prevalensi kebutaan di Sulawesi Selatan mencapai 2,6 persen.
Angka itu hanya sedikit di bawah rata-rata nasional yang mencapai 3,0 persen. Data tersebut juga mencantumkan angka kebutaan akibat gangguan refraksi di Sulawesi Selatan menjadi yang tertinggi dibandingkan provinsi-provinsi lainnya. Artinya, keberadaan fasilitas kesehatan untuk menangani kelainan refraksi pun semakin krusial.
Merespon kondisi tersebut, JEC Eye Hospitals and Clinics, melalui Klinik Utama Mata JEC-Orbita Makassar memperkenalkan layanan terbarunya yakni ReLEx SMILE. Direktur Utama PT Orbita, Dr. dr. Habibah S. Muhiddin mengatakan, layanan ini merupakan teknologi bedah laser refraktif untuk mengoreksi mata minus (miopia) dan mata silinder (astigmatisme) yang minimal invasi, tanpa pisau, dan tidak memerlukan pembuatan flap pada kornea.
"Klinik Utama Mata JEC-Orbita Makassar menjadi institusi kesehatan mata pertama di Makassar yang memiliki teknologi bedah laser tercanggih ini," ujar dr. Habibah dalam sambutannya di sela-sela peluncuran ReLEx SMILE di Makassar, Minggu (5/3/2023).
dr Habibah menuturkan, mata minus menjadi salah satu jenis kelainan refraksi yang prevalensinya terus meningkat. Studi menyebut, sekitar 40% dari populasi dunia atau sebanyak 3,3 miliar orang akan menderita miopia pada 2030 mendatang. Bahkan, diprediksi akan berjumlah lebih dari setengah populasi dunia (4,9 miliar orang) pada 2050.
Baca Juga: Kebutaan Akibat Kelainan Kornea di Indonesia Masih Tinggi
“Hadirnya ReLEx® SMILE menjadi keberlanjutan upaya Klinik Utama Mata JEC-Orbita Makassar menghadirkan fasilitas penunjang kesehatan mata berteknologi terdepan,"tuturnya.
Dr. Mirella Afiffudin selaku Kepala Klinik Utama Mata JEC-Orbita Makassar menuturkan, salah satu langkah untuk menangani mata minus adalah Laser-Assisted In-Situ Keratomileusis (LASIK) yakni prosedur bedah menggunakan laser yang bertujuan untuk bebas dari kacamata dan lensa kontak.
Waktu tindakan dan pemulihan yang cenderung cepat menjadi keunggulan langkah ini. Meski demikian, kekhawatiran terhadap tindakan LASIK masih kerap muncul di tengah masyarakat; adanya efek samping setelah tindakan seperti mata kering.
“Sebagian besar penderita mata minus, dan kelainan refraksi lainnya, sangat bergantung pada kacamata atau lensa kontak untuk melihat lebih jelas. Namun, ketergantungan pada alat bantu penglihatan tersebut tentunya mengganggu kehidupan mereka sehari-hari,” ucap Dr. Mirella Arifuddin.