Ada seorang anak laki-laki yang hidup berdua bersama ibunya. Mereka tak pernah kekurangan. Namun sayangnya, anak laki-laki itu sering membuat ibunya jengkel.
Anak laki-laki itu sangat suka bermain di luar. Ia pulang hanya untuk makan. Ia pun tak pernah mau membantu ibunya. Malah, tak jarang ia membuat ibunya panik.
Seperti hari ini. Sekarang sedang turun salju, membuat udara sangat dingin. Namun, anak laki-laki itu tak peduli. Ia bermain sejak pagi, dan sampai sore hari ia belum juga pulang.
“Kemana perginya anakku?” tanya sang ibu, panik karena anaknya tak kunjung pulang.
Saat hari semakin petang, barulah anak laki-laki itu pulang.
“Dari mana saja, Nak? Mengapa baru pulang?” tanya sang ibu.
“Aku baru bermain, Ibu. Ada permainan baru di luar sana,” jelas sang anak laki-laki. Tanpa menghiraukan kecemasan ibunya, ia langsung menuju meja makan.
“Besok ibu ada pekerjaan yang berat. Ibu membutuhkan bantuanmu. Bisakah kau membantu ibu?” tanya sang ibu saat makan malam. Namun, anaknya itu tak menjawab. Ia tetap asyik makan.
Sama seperti hari-hari sebelumnya, anak laki-laki itu sudah berangkat bermain saat pagi buta. Sang ibu terkejut karena tak menemukan anak laki-lakinya di kamar.
“Aku tak tahu, harus bagaimana lagi menghadapi anakku. Aku sudah tak mampu menasihatinya,” keluh si ibu.
Tiba-tiba, sebuah cahaya terang muncul. Perlahan, cahaya itu membentuk sebuah peri.
“Ibu yang baik, aku akan menolongmu,” ucap peri tersebut.
“Bagaimana caranya, peri?” tanya sang ibu. Ia sungguh ingin mengubah sifat anaknya.
“Berikan apa yang ia mau,” jawab peri dengan singkat.
“Apa yang anakku mau? Anakku hanya mau mainan. Apakah aku harus memberinya mainan?” pikir si ibu.
Hari sudah malam, si anak laki-laki baru saja pulang. Ia tak melihat ibunya di depan rumah, seperti malam-malam biasanya. Ah, ia tak peduli. Akibat bermain seharian, perutnya sangat lapar. Ia ingin makan.
Anak laki-laki itu bergegas menuju meja makan, dan membuka tutup makanan. Olala, tak ada makanan di sana. Yang ada hanya mainan yang banyak sekali.
“Aku butuh makanan sekarang, bukan mainan,” ucapnya.
Anak laki-laki itu pun mencari ibunya. Ternyata ibunya sedang tidur di kamar.
“Ibu, aku lapar. Apakah ibu tidak masak?” tanya anak laki-laki.
“Bukankah kau lebih suka bermain? Daripada membeli makanan, ibu belikan mainan saja untukmu,” ucap sang ibu
Mendengar jawaban ibunya, anak laki-laki itu tersadar. Tidak seharusnya ia lupa diri saat bermain. Ia pun meminta maaf kepada ibunya, dan berjanji akan selalu membantu ibunya.
Baca Juga: 4 Contoh Cerpen Singkat Terbaik Beserta Unsur Intrinsiknya, Lengkap!
4. Si Kancil dan Si Buaya
Cerita ini berawal pada suatu hari si Kancil yang sedang berjalan-jalan di hutan merasa kelaparan. Ia pun bergegas dan mencari makan. Si Kancil teringat bahwa di pelosok hutan terdapat lahan timun yang amat segar. Tapi sayangnya, lahan timun tersebut terpisahkan oleh sebuah sungai yang dalam dan deras arusnya. Untuk itu, si Kancil jadi tidak bisa berenang menyebrangi sungai tersebut. Tambah lagi, sungai tersebut ditempati oleh sekawanan buaya. Kancil tidak memperdulikan hal tersebut dan tetap menghampiri sungai untuk mencari solusi atas permasalahannya.
Buaya yang melihat Kancil pun penasaran akan gerak-gerik Kancil yang mengendap-endap di pinggir sungai. Ia pun bertanya tentang apa yang sedang Kancil lakukan di daerahnya. Kancil jujur saja bahwa ia sedang berusaha mencari cara untuk menyebrangi sungai. Karena di pelosok hutan di sebrang sana terdapat perkebunan dengan lahan timun yang dirawat dengan baik. Kancil sangat ingin menyantap timun-timun segar tersebut.
Mendengar penjelasan Kancil, Buaya akhirnya menawarkan bantuan untuk mengantarnya ke seberang sungai. Kancil yang cerdik mencium kebohongan dalam perkataan Buaya. Tetapi Kancil berpura-pura tidak sadar dan malah bertanya apakah Buaya tidak akan memakannya. Buaya menjelaskan bahwa ia sudah makan dan kenyang. Tapi kenyataannya Buaya menganggap Kancil sebagai camilan yang lumayan.
Kancil yang menyadari siasat Buaya pun menyuruh Buaya untuk tidak memakannya. Ia malah membujuk Buaya untuk memanggil teman-temannya dan berjejer agar Kancil bisa menyebrang. Setelah makan dan kenyang, tentunya Kancil akan lebih gemuk dan enak dimakan. Sekawanan buaya memercayai perkataan Kancil dan segera membiarkannya menyebrang. Kancil akhirnya dapat pergi ke lahan timun dan menyantap makanannya.
Sekembalinya ia dari lahan timun, ia lagi-lagi membual dan menyuruh sekawanan buaya untuk membiarkannya lewat lagi. Ia berjanji akan makan dengan lahap dalam waktu yang lama agar kawanan buaya mendapat porsi Kancil yang lebih besar. Buaya yang memercayai Kancil pun membiarkannya pulang dan semenjak saat itu, Kancil tidak muncul lagi dihadapan Buaya.
Dari cerita dongeng sikancil dan si buaya tersebut terdapat pesan postif yang dapat diambil yaitu terkait tentang kecerdasan fisik yang kalah dengan kecerdasan otak. Fisik yang besar dan gagah tidak selalu melulu memang dalam menyelesaikan sebuah masalah. Bukti nyata dari sebuah kisah dongeng tersebut bahwa sikancil dengan badan yang kecil telah berhasil menyelematkan dirinya sendiri dari ancaman si buaya yang ganas dan besar karena kecerdasan otaknya.
5. Legenda Timun Mas
Mbak Sirni adalah seorang janda yang menginginkan seorang anak supaya dapat membantunya bekerja.
Suatu hari, ia didatangi raksasa yang akan memberinya anak. Syaratnya, saat anak tersebut berumur 17 tahun harus diserahkan kembali padanya untuk disantap. Mbok Sirni Setuju. Raksasa memberi biji mentimun agar ditanam dan dirawat.
Setelah dua minggu, salah satu dari mentimun yang ditanam tersebut berbuah paling besar dan berkilau keemasan.
Lalu, Mbak Sirni membelah ketimun tersebut dengan hati-hati. Tanpa diduga, isi mentimun itu adalah seorang bayi cantik yang diberi nama Timun Mas.
Waktu berlalu, Timun Mas tumbuh menjadi gadis nan jelita.
Suatu hari datang raksasa untuk menagih janjinya. Mbok Sirni amat takut kehilangan Timun Mas, ia mengulur janji supaya raksasa datang dua tahun lagi. Raksasa menyetujui.
Ia berpikir semakin dewasa, Timun Mas semakin enak disantap. Mbok Sirni semakin sayang sama Timun Mas.
Di sisi lain, ia merasa cemas dan sedih kalau teringat janjinya. Suatu malam Mbak Sirni bermimpi. Dalam mimpinya itu disebutkan bahwa agar anaknya selamat maka ia harus menemui petapa di Gunung Gundul.
Tanpa berpikir panjang, paginya Mbok Sirni langsung pergi ke Gunung Gundul bertemu petapa yang memberinya empat buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam, dan terasi sebagai penangkal.
Sesampai di rumah, Mbok Sirni memberikan keempat bungkusan dari petapa tadi kepada Timun Mas dan memintanya berdoa.
Paginya raksasa datang lagi untu menagih janji. Timun Mas diminta keluar melalui pintu belakang oleh Mbok Sirni.
Raksasa melihat Timun Mas keluar dari pintu belakang, ia mengejarnya. Dalam pelariannya, Timun Mas teringat dengan keempat bungkusan yang disimpannya. Ia pun menebar biji mentimun di hutan.
Ajaib, biji mentimun menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasa memakan buah mentimun yang menambah tenaganya.
Lalu Timun Mas menabur jarum. Dalam sekejab, jarum berubah menjadi pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam.
Pohon tersebut melukai kaki raksasa, namun raksasa terus mengejar dengan kaki berdarah-darah. Melihat raksasa masih mengejarnya, Timun Mas membuka bungkusan garam dan menaburkannya. Seketika, hutan menjadi lautan luas. Raksasa mampu melewatinya.
Terakhir, Timun Mas membuka terasi, seketika terbentuklah lautan yang mendidih. Raksasa tidak mampu menyelamatkan diri, ia meninggal dalam lautan lumpur itu.
Akhirnya, Timun Mas mengucap syukur dan dia bisa hidup bahagia dengan Mbok Sirni.
Baca Juga: 7 Contoh Sudut Pandang Orang Ketiga dalam Cerpen, Lengkap dengan Jenisnya
Itu dia beberapa contoh cerita pendek anak TK yang bisa jadi referensi.
Semoga bermanfaat!
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.