Karena itu, hari kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.
Tugu khatulistiwa dahulu didirikan oleh astronom dari Belanda. Tugu Khatulistiwa dibangun pada tahun 1928.
Tugu ini awalnya terletak di luar ruangan dan tidak ada bangunan penutup. Tahun 1990 tugu direnovasi.
Awalnya Tugu Khatulistiwa hanyalah berbentuk sebuah tiang berwarna hitam setinggi 4,4 meter.
Tiang yang berjumlah empat buah ini terbuat dari kayu khas kalimantan barat yakni kayu belian berdiameter 0,30 meter.
Diatasnya terdapat lingkaran disertai busur panah. Di bawah busur panah ini terdapat tulisan huruf yang bertuliskan 109 derajat 20’0″OlvG” yang menunjukkan letak tugu berada pada garis bujur timur.
Kini, dapat dilihat bersama berdiri dengan megah sebuah monumen pelindung dan tugu duplikasi yang tinggi serta besarnya lima kali lipat.
Bangunan ini juga sudah mengalami beberapa kali pemugaran dan renovasi hingga menjadi sangat menarik seperti saat ini.
Setelah tahun 2010, di lokasi tersebut ditambah bangunan pendukung di sekelilingnya seperti food court, toko oleh-oleh, taman, replika bola dunia dan tempat parkir.
Tak hanya itu, momen keceriaan ini juga ditambah dengan pameran-pameran etnik khas daerah, tampilan kesenian tradisional dan tak lupa kuliner khas Kota yang terkenal dengan Kota Seribu Parit.
Namun, ada momen yang tak biasa pada festival kali ini. Dimana ada kegiatan memanah bersama di kawasan monumen Khatulistiwa.
Dimana para peserta diberikan kesempatan untuk memegang busur panah serta membidik target berupa balon yang diletakkan tepat beberapa langkah di depan para peserta.
Susana pecah dan tawa ketika para peserta tersebut berhasil memecahkan balon - balon dengan anak panah yang melesat dengan cepat.
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Ketua TP PKK Kota Pontianak, Ny. Hj. Yanieta Arbiastutie, Forkopimda Kota Pontianak dan Masyarakat Kota Pontianak.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Pemkab Landak Sabet Dua Penghargaan Kemenkes Tingkat Prov. Kalbar