Banjarmasin, Sonora.ID – Program “Satu Desa, Satu Bidan” untuk mengatasi masalah stunting, diakui masih belum maksimal di Kalimantan Selatan.
Faktanya, masih banyak desa di provinsi ini yang belum memiliki bidan meskipun angka kematian ibu dan bayi juga tergolong tinggi.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan, Gina Mariati, menegaskan bawah pihaknya ingin ada kejelasan mengenai program tersebut dari instansi terkait.
“Terutama terkait dengan rencana realisasi kegiatan di tahun ini dan rencana kerja tahun depan,” tuturnya.
Masalah itu dinilai harus menjadi perhatian utama, mengingat saat ini kasus stunting masih terbilang tinggi, yakni 24,6% di tahun 2022 atau masih lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mencapai 21,6%.
Untuk mendukung hal tersebut menurutnya juga diperlukan SDM kesehatan yang mumpuni, yang salah satunya dapat diberdayakan melalui tenaga kontrak.
Khususnya untuk penempatan di desa-desa yang kasus stunting-nya terbilang tinggi.
Tugasnya nanti tak hanya menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu dan bayi, tapi juga gencar menyosialisasikan pentingnya kecukupan gizi untuk mencegah munculnya stunting sejak dini.
Baca Juga: Pesantren Ramadan Sabilal Muhtadin, Diikuti Warga Usia 51 Tahun
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Diauddin, mengatakan bahwa pihaknya sudah mengusulkan untuk bantuan tenaga kontrak.