Dia menyebutkan, menurut pengukuran hasil survei status gizi balita untuk tahun 2021 angka prevalensi stunting di Kabupaten Kepulauan Sangihe berada di angka 22,77 persen.
Angka tersebut kemudian menurun di bulan Februari 2022 menjadi 18,50 persen.
Reverensi lainnya menurut pencatatan pada aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat, tahun 2021 prevalensi stunting berada pada angka 8,3 persen, Februari 2022 pada angka 6,22 persen dan di bulan Agustus 2022 pada angka 4,2 persen, sementara di bulan Februari 2023 berada pada angka 3,27 persen.
"Terima kasih untuk kerja bersama ini sehingga prevalensi angka stunting terus menurun," ujarnya.
Kepala Perwakilan BKKBN Sulut, Diano T Tandaju menyebutkan, 'Rembug Stunting' di Kabupaten Kepulauan Sangihe menjadi ruang mempercepat penurunan di daerah tersebut.
"Agenda kegiatan rembug stunting ini adalah upaya bersama bagaimana mempercepat penurunan angka stunting di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Ini adalah langkah maju mencari solusi bersama," sebut Diano pada acara 'Rembug Stunting' di Tahuna, Senin.
Target stunting secara nasional di tahun 2024 adalah di bawah 14 persen, sehingga semua kabupaten dan kota termasuk Kabupaten Kepulauan Sangihe berupaya maksimal mencapai target itu.
Karena itu, 'Rembug Stunting' menjadi media bersama semua pemangku kepentingan memahami dengan tepat persoalan dan mencari jalan keluar menangangi persoalan stunting tersebut.
"Satu dari empat anak Indonesia mengalami gangguan pertumbuhan yang disebut stunting. Stunting ini menyebabkan anak gagal tumbuh, pendek, kurang cerdas, dan beresiko terkena beberapa penyakit," ujar Diano mengutip penjelasan Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo.
Stunting terjadi sejak dari dalam kandungan dan kekurangan gizi dan anemia sejak remaja berpengaruh terhadap stunting, kehamilan tanpa persiapan yang matang serta pola asuh yang salah dapat menyebabkan anak stunting.
Stunting bisa diatasi hanya dalam 1000 hari kehidupan pertama, karena itu keluarga dan kehamilan harus direncanakan.
"Rencanakan keluarga sejak dini karena semua bisa beresiko melahirkan anak stunting, dengan bergotong-royong kita harus bisa mewujudkan Indonesia emas yang bebas stunting," ajaknya.
Penjabat Bupati Kepulauan Sangihe, dr Rinny Tamuntuan memberikan apresiasi atas kehadiran semua pihak terkait dalam 'Rembug Stunting" karena menjadi momentum penting menurunkan stunting di daerah tersebut.
"Ini (Rembug Stunting) adalah wujud kesadaran dan tanggung jawab kita bersama membawa daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe menjadi daerah yang masyarakatnya sehat dan sejahtera dan bebas dari stunting," ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sanghe menargetkan penurunan stunting hingga mencapai 15,9 persen di akhir tahun ini, sementara capaian tahun 2022 sebesar 18,50 persen.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News