Ungkapan dari kalimat thayyibah ini juga tertuang di dalam firman Allah S.W.T, yaitu QS. Al-Kahfi Ayat 39 yang berbunyi:
"وَلَوْلَآ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ ۚاِنْ تَرَنِ اَنَا۠ اَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَّوَلَدًاۚ"
Wa law laaa iz dakhalta jannataka qulta maa shaaa'al laahu laa quwwata illaa billaah; in tarani ana aqalla minka maalanw wa waladaa
Arti: "Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan ”Masya Allah, la quwwata illa billah” (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu," (QS. Al-Kahfi: 39).
Dengan dalil tersebut, umat muslim wajib memahami konteks dari suatu peristiwa yang terjadi agar tidak salah dalam menggunakan Masya Allah.
Kalimat thayyibah ini hanya digunakan setelah melihat kekuasaan Allah S.W.T yang baik dan menakjubkan.
Baca Juga: Jawaban Fii Amanillah, Arti, dan Waktu yang Tepat Untuk Mengucapkannya
Sebagai contoh, ketika kamu mendapatkan pujian dari orang lain, maka kamu dapat menggunakan ungkapan Masya Allah sebagai balasan dari pujian yang diberikan tersebut.
Pujian tersebut menjadi salah satu bentuk kuasa Allah S.W.T yang memberikanmu suatu kelebihan yang baik dalam menjalani kehidupan.
Maka dari itu, jangan sampai salah menggunakan ungkapan Masya Allah agar konteks yang digunakan tetap sesuai ketika mengucapkan kalimat thayyibah tersebut.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.