Namun jika Ridwan Kamil tidak maju dalam Pilgub Jabar mendatang, kata Muradi, saingan atau kompetitornya lebih memiliki peluang.
"Kalau beliau tidak maju, ya Dedi Mulyadi sebagai kompetitor terkuat punya peluang untuk bisa menjadi orang nomor satu di Jawa Barat," ungkapnya.
"Apalagi kompetitornya ini memiliki margin keunggulan elektabilitas relatif signifikan dibandingkan dengan calon Gubernur lainnya," tegas Muradi.
Keunggulan Dedi Mulyadi, tutur Muradi, dipengaruhi persepsi warga terhadap kualitas personal dan tingkat kedikenalan serta kedisukaan yang tinggi.
Namun demikian, lanjut Muradi, keduanya itu walau memiliki elektabilitas tinggi, tidak dibarengi dengan tingkat elektabilitas partai kedua tokoh itu, dalam hal ini Partai Golkar.
"Kami mencatat dukungan kepada partai berlambang pohon beringin ini relatif menurun," kata Muradi.
"Walaupun dua kadernya yaitu Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi mendapatkan dukungan yang tinggi, Golkar belum mendapatkan insentif elektoral. Tren elektabilitas Golkar bahkan mengalami penurunan," ujar Muradi.
Selain dua tokoh tadi, nama Atalia Praratya turut muncul sebagai calon alternatif. Atalia mendapat insentif elektoral karena terasosiasi secara dekat dengan Ridwan Kamil.
"Meski demikian, mayoritas pendukung Ridwan Kamil belum mengalihkan dukungan kepada Atalia apabila Ridwan Kamil tidak maju dalam Pilgub Jabar 2024. Kebanyakan pendukung Ridwan Kamil mengalihkan dukungan kepada Dedi Mulyadi," pungkasnya.
Berikut 10 besar hasil survei dengan simulasi terbuka terkait Pilgub Jabar 2024 versi IPRC yang dilakukan akhir tahun 1-7 April 2023:
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News