Maumere, Sonora.ID – Daun kelor dapat ditemukan dengan mudah di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Maumere Kabupaten Sikka. Masyarakat setempat memanfaatkan daun kelor untuk dikonsumsi sebagai sayur pendamping nasi.
Melimpahnya daun kelor di Maumere menjadi peluang bagi masyarakat untuk diolah menjadi produk yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Salah satu inisiator usaha tersebut adalah Wenefrida Efodia Susilowati. Bersama dengan Komunitas Disabilitas Merdeka Maumere, wanita yang akrab disapa Susi itu merintis usaha pengolahan daun kelor di homestay yang dikelolanya.
“Tahun 2015 kami ketemu Pak Presiden Jokowi. Beliau menyampaikan untuk tanam pohon kelor. Dari situ kami coba olah, tapi masih teh bentuk daun,” kata Susi saat dihubungi via telpon, Rabu (19/4).
Susi dan teman-teman disabilitas lain hanya mampu membuat satu jenis produk dan kesulitan dalam pemasaran karena kurangnya pengetahuan dan alat untuk memproduksi olahan kelor. Beruntung, Komunitas Disabilitas Merdeka bertemu dengan Menteri Sosial Tri Rismaharini saat kunjungan kerjanya di Ende dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila pada Juni 2022 lalu.
“Kami kirim surat, salah satunya minta keadilan penerapan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 yang mempekerjakan paling sedikit 1% penyandang disabilitas,” kata perempuan 51 tahun ini.
Tak lama setelah mengirim surat, Susi mengaku komunitasnya didatangi oleh Tim Kementerian Sosial dari Sentra Efata Kupang yang melakukan asesmen. Tindak lanjutnya, sebanyak 20 orang disabilitas menerima pelatihan yang dilaksanakan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta menggandeng LPK Karya Misi Keuskupan Maumere dan bekerja sama dengan Dinas Sosial Sikka. Pelatihan ini berlangsung pada 15 – 17 Agustus 2022.
Pelatihan berfokus pada teknik membuat teh dari olahan daun kelor seperti memproses daun kelor kering menjadi bubuk dengan blender, mengayak, membungkus daun kelor ke dalam tea bag, serta memasang benang. Peserta juga mendapatkan teori tentang manfaat daun kelor, pembukuan usaha, dan membuat olahan kue daun kelor.
Selain itu, para disabilitas peserta pelatihan juga mendapatkan coaching dari Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) untuk meningkatkan nilai jual produk.
“Tanggal 17 (Agustus) ada pelatihan dari PENA tentang packaging, pemasaran, serta cara membuat foto. Kayak angle mana yang harus diambil,” terangnya.
Pada Oktober 2022 masing-masing peserta pelatihan mendapatkan paket bantuan ATENSI Kewirausahaan dari Sentra Efata Kupang. Paket ini berupa alat dan bahan untuk memproduksi olahan kelor yang terdiri dari rak pengering, manual heat sealer machine, blender, kassa teh kelor, dan alat lainnya. Sedangkan bantuan tahap kedua merupakan bantuan kelompok yang terdiri dari oven, kipas angin, termos nasi, kompor dan tabung gas dengan nilai bantuan Rp. 20 juta.