Pelatihan dan bantuan kewirausahaan tak disia-siakan oleh para peserta. Pasca mendapatkan pelatihan dan bantuan, mereka mampu memproduksi berbagai jenis olahan daun kelor. Misalnya tim bentukan Susi yang beranggotakan enam orang penyandang disabilitas. Tim yang diberi nama Tim Kelor Disabilitas Merdeka ini memiliki setidaknya lima jenis produk kelor.
“Ada teh bubuk kelor, teh celup, teh daun kelor, minuman sehat daun kelor, dan kapsul,” katanya.
Produk tim besutan Susi diberi nama Moringa Left Hand atau Kelor Tangan Kiri dan dijual dengan harga beragam. Teh bubuk kelor dijual dengan harga Rp50 ribu – Rp100 ribu, teh celup Rp20 ribu – Rp40 ribu, teh daun kelor Rp25 ribu – Rp50 ribu, dan minuman sehat campuran daun kelor, jahe, dan jeruk dijual dengan harga Rp100 ribu. Selain produk yang disebutkan, Susi sedang memproses ijin untuk produk kapsul.
Dipromosikan Mensos dan Diminati Turis Asing
Saat kunjungan kerja Mensos ke Sikka pada Februari 2023 lalu, Mensos sempat mempromosikan produk olahan daun kelor karya Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere. Menurut Mensos, ia aktif mengkonsumsi teh kelor karena mengandung antioksidan tinggi. Mensos merekomendasikan masyarakat untuk rutin menyantap olahan kelor dan dapat membeli produk kelor dari Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere.
“Setelah dipromosikan Ibu Menteri, kami dapat banyak pesanan dari pulau Jawa. Dari Surabaya, Bandung, Jakarta, dan dari daerah lain,” ungkap Susi.
Produk Moringa Left Hand tidak hanya diminati oleh masyarakat di dalam negeri, namun juga menjangkau wisatawan asing. Menurut Susi, produk kelor buatannya lebih banyak dibeli oleh wisatawan asing yang datang ke Sikka.
“Yang beli kebanyakan turis asing. Ada dari Belanda, Amerika, Inggris, dan negara lain” kata Susi.
Bagi Susi, produksi kelor oleh penyandang disabilitas tidak hanya soal usaha meningkatkan kesejahteraan, tapi pada peran penyandang disabilitas dalam menciptakan produk kesehatan yang diminati dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakt global.