“Melalui daun kelor, kami telah ikut serta berbagi kesehatan dengan masyarakat dunia,” ucapnya penuh rasa optimis.
Berhasil Tingkatkan Inklusifitas
Susi mengatakan banyak penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak sehingga mereka tidak memiliki ketrampilan yang mengakibatkan mereka tidak bekerja. Kondisi ini memaksa mereka berdiam diri di rumah dan dianggap beban keluarga. Hal ini bertolak belakang dengan semangat inklusi yang sedang digalakkan.
Pelatihan dan bantuan kewirausahaan dari Kemensos, menurut Susi, bak angin segar yang membawa harapan bagi terciptanya inklusifitas. “Satu kegiatan, satu aksi nyata untuk bekerja melalui karya. Lewat kelor, penyandang disabilitas dikenal karena karyanya,” katanya.
Melalui pelatihan kelor, penyandang disabilitas di Maumere dapat memiliki pekerjaan, mempunyai peluang dan skill, dan mendapatkan penghasilan sendiri. Dari sisi sosial, mereka merasa bangga karena mampu mandiri dan berdaya, dan yang paling penting adalah terlepas dari depedensi pada belas kasih orang lain.
Kemensos berkontribusi dalam mewujudkan motto Komunitas Disabilitas Merdeka Maumere, yaitu “Shining their ability”, mengoptimalkan potensi yang dimiliki bukan melihat pada kekurangan. “Kami memang punya kekurangan. Tapi jangan dilihat dari itu, tapi dari kemampuan. Ya dengan dikasih pelatihan ini,” tuturnya.
Senada dengan Susi, peserta pelatihan lainnya Yosefina Noeng (62) juga memiliki semangat yang sama untuk maju.
“Saya berterima kasih kepada Ibu Menteri sudah kasih kami peluang untuk pelatihan kelor, dengan alat-alat yang dikasih kami pergunakan, semoga dengan adanya barang-barang ini kami harus lebih maju lagi,” ujarnya.
Selama ini Yosefina hanya mengolah daun kelor menjadi bubur dan sayur bening karena kurangnya informasi tentang manfaat daun kelor. Namun setelah mendapatkan pelatihan dan teori tentang daun kelor, ia menyadari bahwa kelor memiliki segudang manfaat yang bisa diolah menjadi produk bernilai jual tinggi. Oleh karena itu, Wanita yang akrab diapnggil Mama Yosef ini ingin menjadi bagian dari karya inklusi daun kelor.
“Memang saya ada kekurangan, tapi saya mau bekerja, supaya kita itu jangan terlalu mengharapkan dari bantuan. Kami harus menunjukkan kami punya karya,” ungkapnya.
Manfaat pelatihan juga dirasakan oleh Petrus Ferdi (37). Selama usianya, Ferdi hanya diam di rumah dan sesekali bekerja mengolah kebun tanpa penghasilan yang signifikan. Sehari-hari kebutuhannya dipenuhi oleh keluarganya. Pasca pelatihan dan mendapatkan alat dan bahan, Ferdi bergabung dengan Tim Kelor Disabilitas Merdeka dan bersama-sama membuat olahan daun kelor. Ia ingat bagaimana rasanya pertama kali mendapatkan uang hasil penjualan.
“Saya dapat uang Rp700 ribu. Saya merasa senang karena mendapat uang sendiri. Selama ini tidak punya uang dan nunggu orang kasih. Pas dapat saya langsung beli ikan, beli beras untuk di rumah. Keluarga saya bangga,” ujarnya.
Saat ini, Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere sedang merintis usaha pusat oleh-oleh kelor khas Maumere. Ini menjadi langkah awal untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Harapannya, usaha kelor dapat berkembang hingga mampu diekspor ke manca negara dan Tim Kelor dapat berkontribusi membantu Kemensos dalam memberikan pelatihan kelor bagi penyandang disabilitas di seluruh Indonesia sehingga makin banyak lapangan pekerjaan yang tercipta.
Adapun produk Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere dapat dipesan melalui telpon dengan menghubungi Nomor 081338859610 atau bisa datang langsung ke tempat produksi di Pantai Paris Homestay Jalan Nairoa Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News