Keluarga Pra Sejahtera di Surabaya yang terima bantuan usaha dari Kemensos. (
Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Sosial RI)
Surabaya, Sonora.ID - Penantian Holifah (65) kini berakhir sudah. Dari tadi ia tidak sabar menunggu kedatangan petugas dari Kementerian Sosial yang katanya akan membawa bantuan.
Rasa penasarannya tuntas, melihat satu unit sepeda baru yang masih berbalut plastik dituntun ke depan rumahnya.
Holifah girang bukan main. Pasalnya, sepeda lama yang ia beli tiga tahun lalu sudah tidak bisa dikendarai.
“Udah rusak, gak bisa dipakai kulakan ke Pasar Asem. Sekarang udah ada yang baru,” katanya saat ditemui di rumahnya di Tambak Mayor Kecamatan Asem Rowo Kota Surabaya Jawa Timur, belum lama ini.
Tak hanya sepeda, Holifah juga mendapat bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan berbagai peralatan dan perabotan rumah serta sembako.
Ia juga mendapatkan tambahan modal usaha untuk melengkapi usaha dua putrinya yang terlebih dahulu diberikan.
Dua minggu sebelumnya, putri kembarnya, Rohana dan Rohani (31) telah menerima bantuan kewirausahaan.
Suka cita ketiganya bermula saat salah satu putri Holifah, yaitu Rohana, tak sengaja bertemu dengan Menteri Sosial Tri Rismaharini saat tengah berjalan di sekitar Jalan Tunjungan Plaza Kota Surabaya pada 14 Maret 2023.
Rohana dan Rohani tak menyangka pertemuannya dengan menjadi awal baru bagi kehidupan mereka.
Kondisi Rohana yang mengalami disabilitas fisik menarik perhatian Mensos sehingga langsung mengarahkan Sentra Terpadu Soeharso Solo (STS) dan Direktorat Rehabilitasi Lanjut Usia untuk memberikan penanganan.
Kepala STS Rachmat Koesnadi mengatakan hasil asesmen menunjukkan bahwa keduanya sering meminta-minta di jalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tidak hanya Rohana dan Rohani, Ibunya, Holifah juga melakukan hal yang sama.
"Hari itu langsung diasesmen, ternyata sehari-hari mereka sering meminta-minta di jalan. Memang Rohana memiliki kondisi disabilitas fisik. Tapi adik dan ibunya tidak. Pun ketiganya masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri," katanya saat dihubungi via telpon pada Jumat (24/3).
Rohana menderita cerebral palsy sejak lahir yang membuat beberapa bagian tubuhnya kaku. Ia mengalami Pes Equinus yaitu telapak kaki kiri posisi jinjit dengan pergelangan kaki kirinya kaku.
Selain itu, telapak tangan kanan, lutut dan kaki kiri kaku. Sementara Rohani memiliki gangguan intelektual ringan. Meskipun begitu, keduanya tetap mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik tanpa alat bantu mobilitas.
Keduanya tinggal di rumah semi permanen berukuran 30 m2 bersama ibu dan satu adiknya. Rumah itu terdiri dari tiga ruangan untuk tidur, dapur, serta MCK.
Rumah tersebut milik Holifah dan sudah diajukan untuk mendapatkan program Rutilahu (rumah tidak layak huni).
Sementara itu, saudara Rohana yang lain sudah bekerja dan kerap mengirimkan uang untuk ibunya.
Sedangkan adik bungsunya masih usia sekolah dan sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan.
Selain asesmen, Kemensos bersama Dinas Sosial Kota Surabaya dan Lurah Asem Rowo juga memberikan edukasi dan motivasi agar keduanya berhenti mengemis dan mencari pekerjaan yang layak. 'Keduanya telah ditawarkan untuk menerima program rehabilitasi sosial dan vokasional di STS namun belum bersedia," ujarnya.
Adapun Rohana dan Rohani memiliki keinginan untuk berjualan sembako di rumahnya, harapannya mereka bisa berhenti mengemis dijalan jika memiliki usaha sendiri.
“Sudah diberikan bantuan modal usaha berupa jualan warung kelontong. Ada macam-macam seperti beras, alat kebersihan diri, dan lain-lain. Kita berikan gerobak juga sesuai permintaan,” kata Rachmad.
Tak hanya Holifah, Rohana, dan Rohani, Kemensos juga memberikan intervensi lanjutan dengan memberikan bantuan modal usaha kepada Kakak Rohana, Nur Aidah (39).
Nur memiliki kondisi disabilitas intelektual ringan, namun masih bisa bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Nur diberikan bantuan berupa gerobak dorong, termos es dan air panas, teko, serta peralatan dan bahan lain untuk berjualan minuman.
Selanjutnya, Kemensos bersama aparat Kelurahan Asem Rowo akan terus memantau perubahan kebiasaan Rohana, Rohani, dan Holifah sebagai pengemis di jalan.
Perkembangan bantuan modal usaha dan pelaksanaan Rutilahu juga akan terus dipantau. Sentra Terpadu Soeharso Solo dan Dinsos Kota Surabaya juga melakukan penyiapan rehabilitasi dan pelatihan vokasional terhadap Rohana dan Rohani.