Film ini diproduksi di Makassar dengan melibatkan pemain dan kru Makassar, serta disponsori oleh Singapore International Film Festival melalui Southeast Asian Short Film Grant.
Menurut Khozy, ide awal film ketiganya ini datang dari kekagumannya pada odong-odong.
“Visual odong-odong yang vibran dan sangat menggemaskan itu lalu saya putuskan untuk dijadikan sebagai medium untuk bercerita tentang bagaimana keluarga modern Indonesia dengan lapisan-lapisan menarik di dalamnya,” ungkap Khozy.
Sebelumnya, Khozy telah membuat Makassar is a City for Football Fans (2021) dan Ride to Nowhere (2022) yang telah diputar di berbagai festival film dan meraih penghargaan.
Baca Juga: Sinopsis Dream: Park Seo Joon Jadi Pelatih Tim Sepak Bola Tunawisma
Lebih lanjut, Khozy berharap, “Semoga penonton bisa merasakan rentang emosi yang luas, dapat terkejut, tertawa, dan tersentuh. Semoga film ini juga bisa menjadi sebuah cerminan bagaimana ekspektasi kultural yang dilandasi oleh nilai-nilai patriarkis yang kuat cenderung membuat kita menjadi sosok yang brengsek dan penuh kekerasan, dan kita cenderung membuat orang lain merasa bodoh dan mendapatkan banyak tekanan hanya karena mereka tidak memenuhi ekspektasi-ekspektasi tersebut. Sebuah siklus tanpa henti karena mereka berusaha menghindari tekanan-tekanan tersebut.”
Festival Film Cannes ke-76 akan berlangsung mulai tanggal 16 sampai 27 Mei 2023.
Setelah tayang perdana di Festival Film Cannes, Basri & Salma in a Never-Ending Comedy juga akan tayang di beberapa festival lainnya.
Pantau terus media sosial Hore Pictures melalui akun Instagram @horepictures untuk informasi terbaru mengenai film ini.