Sayangnya, karena kondisi kesehatan, KHD tidak tamat dari sekolah ini.
KHD memiliki pengalaman di dunia jurnalisme pada masa lalu, dimana beliau menulis untuk beberapa surat kabar dan majalah seperti Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Dalam tulisannya, KHD menyampaikan kritik sosial-politik kaum bumiputra terhadap penjajah dengan cara yang komunikatif, halus, tetapi tegas.
Laman SMPN 1 Lubuklinggau menjelaskan, KHD juga aktif di dalam organisasi Budi Utomo yang bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat agar bersatu dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 25 Desember 1912, KHD bersama-sama dengan Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo mendirikan Indische Partij, yang merupakan partai politik nasionalisme pertama di Indonesia, yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Biografi RA Kartini, Sejarah Singkat Sang Pahlawan Emansipasi Wanita
Diasingkan ke Belanda
Hal yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara dan ragam kritik yang disampaikannya mutlak membuat pemerintah kolonial Belanda marah.
Tulisannya yang membuat Belanda marah utamanya berjudul Als Ik Eens Nederlader Was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Kutipannya berbunyi:
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu."