20 Puisi tentang Ayah, Singkat tetapi Menyentuh Hati, Bikin Haru!

4 Mei 2023 13:00 WIB
Ilustrasi Puisi tentang Ayah
Ilustrasi Puisi tentang Ayah ( Freepik.com)

Bapakku sendiri terbaring jemu

Matanya menatap orang tersalib di batu!

 

Sekeliling dunia bunuh diri!

Aku minta adik lagi pada

Ibu dan bapakku, karena mereka berada

di luar hitungan: Kamar begini,

3 X 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa

Puisi 8 - Sosok Lelaki Hebat

Banyak puisi tentang ayah

Tapi itu ayah mereka

Ini ayahku

Ayah dari sembilan bersaudara

 

Ayah yang sudah pergi mencari rezeki sebelum mataku terbit di pagi hari

Kudengar bising mesin perahunya jauh sebelum matahari menampakkan tubuhnya

Lalu kembali saat ikan-ikan di atas sampannya sudah cukup

Cukup untuk dijual demi mengisi perut-perut kecil kami

 

Teriknya matahari tak melunturkan semangatnya

Derasnya hujan ia tetap bertahan di lautan

Kencangnya angin tak menjatuhkan tanggung jawabnya

Ayah, engkau adalah sosok lelaki terhebat

Puisi 9 - Getar Malam Rinduku

Inginku gali gundukan itu

Dan mencabut papan nama setiap dukaku

Biarlah napasku memeluk tentangmu

Puisi-puisi gelap menimang ku

 

Sajak berairmata merangkulku

Dan merambatkan tiap ratap di sekitar gelap

Seolah kamu utus jangkrik untuk memejamkan lelahku

Nyanyi cerita tentang dahaga merindu

 

Seolah kamu titipkan restumu

Lewat dingin malam menyuap

Mantra-mantra penghapus basah tatapku

Tiap dendang lantun macapat mengiring sendu

Seperti suara hati yang tersampaikan padaku

 

Bahkan suara gitar berbeda saat anganku

Menuju kenangmu

Getar yang memancar melahirkan syair

Bak pujangga berlagu

Ini untukmu, Itu buatmu, Dan doa sebagai baktiku

Aku sungguh merindumu, Ayahku..

Puisi 10 - Pahlawan Kesuksesanku - Ardiyani Muninggar

Fajar telah menyapa pagiku

Kau jadikan hari mu, hari untuk pengorbanan

Pengorbanan mencari rezeki, pengorbanan untuk mencari awal yang baru

Kau ajarkan aku arti perjuangan, kau ajarkan aku arti kesuksesan

Ayah mungkin tanpa mu aku tidak bisa seperti ini..

Mungkin tanpa mu aku tidak bisa berdiri di tengah-tengah impianku..

Impian untuk meraih keberhasilan

Impian untuk mencapai kemenangan…

Baca Juga: 10 Puisi Hari Pendidikan Nasional 2023 yang Sesuai dengan Tema

Puisi 11 - Akulah si Telaga - Sapardi Djoko Damono

Akulah si telaga: belayarkan di atasnya;

Berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;

Berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;

Sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja—

Perahumu biar aku yang menjaganya

Puisi 12 - Mata Hitam - WS Rendra

Dua mata hitam adalah mata hati yang biru

Dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu

Rindu bukanlah milik perempuan melulu

Dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu

Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi

Kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi

Dua mata hitam adalah rumah yang temaram

Secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam

Puisi 13 - Di Kuburan Ayah - Slamet Sukirnanto

Berteduh pohon kamboja berkembang

Tinggalmu yang kekal

Tak kenal lagi senyummu

Memikat hatiku

Ketika masih kanak

Bukan segunduk tanah

Kupuja. Kerna diharamkan agama

Adalah hidupmu

Mengenang di kalbu!

Puisi 14 - Ayah - Syamsu Indra Usman

Ayah

Berilah aku sekendi air dingin

Bila datang kemarau panjang

Dalam aku menggapai cita-cita

Yang kau ikat pada tonggak

Kekerasanmu

 

Ayah

Berilah aku jalan untuk memilih

Jalan kebebasan untuk mendaki

Tangga yang selama ini kau belenggu

Kau tau dalam diriku mengalir darah seni

Yang haus keindahan memilih jalanku sendiri

Puisi 15 - Untukmu Ayahku - Dina Sekar Ayu

Di keheningan malam

Datang secercah harapan

Untuk menyambut jiwamu datang

Sebercik harapan agar kau kembali pulang

Hanya sepenggal kata bijak yang bisa kutanamkan

Duduk sedeku, tangan meminta, mulut bergoyang, jatuh air mata

Tapi apalah daya

Semua harapan hilang sirna

Karena kau telah tiada

Ayahku tercinta

Baca Juga: 10 Puisi Tentang Ibu Tercinta yang Mengharukan dan Menguras Air Mata

Puisi 16 - Ayah Terhebat - Dinda Nursifa

Beruntungnya aku memiliki ayah sepertimu

Semua yang engkau lakukan memberikan contoh yang baik

Selalu sabar dan penyayang pada keluarganya

Berdiri paling depan untuk kebenaran

Engkau adalah ayah terhebat…

Rasanya tak pernah kau tunjukan wajah sedih

Senyum dan tawamu selalu terlihat dari bibirmu

Engkau selalu menebar kebaikan pada semua orang

Semangatmu pun tak pernah padam

Aku sayang sekali, wajah ayahku.

Puisi 17 - Pelita Hidup - Anonim

Ijinkan aku bersandar di bahumu meski aku sudah tak kecil lagi

Berayun di lengan tanganmu yang kokoh

Merasakan damai hidup yang tak terganggu

Memiliki semua hal hanya dengan berada di pelukanmu

Merasakan terang dunia meski malam telah tiba

Teduh kedamaian kau sajikan

Menguatkan tangan tak bertulang untuk bangkit

Ku mohon aku selalu kecil agar kau tak menua

Desah nafasmu kembali tak terdengar berat

Detak jantung penuh semangat bagai langkah amukan kuda

Aku mohon kau tetap ada

Bersama denganku seperti hari lalu

Memeluk erat menghujani dengan kecupan penawar sakit

Puisi 18 - Pahlawan Kesuksesanku karya Ardiyani Muninggar

Fajar telah menyapa pagi ku.

Kau jadikan harimu, hari untuk pengorbanan.

Pengorbanan mencari rezeki, pengorbanan untuk mencari awal yang baru.

Kau ajarkan aku arti perjuangan, kau ajarkan aku arti kesuksesan.

Ayah mungkin tanpamu aku tidak bisa seperti ini.

Mungkin tanpamu aku tidak bisa berdiri di tengah-tengah impianku.

Impian untuk meraih keberhasilan.

Impian untuk mencapai kemenangan.

Puisi 19 - “Yang Berjiwa Tegar” Karya Kurnia Habibah

Bagiku

Engkau penawar sesal di arena luas

Memberi dengan cinta

Hidup untuk kami

Berjuang untuk keluarga

Selalu terpatri dalam hati

Perjuanganmu yang penuh arti

Bangga diri ini dititipkan padamu ayah

Senyummu di hadapan kami

Merubah segala payah

Terimakasih ayah

Akan ku jaga kebanggaanmu padaku

Hingga tiba saat anakmu tumbuh dewasa

Engkau berbesar hati melepasnya

Menjadi bagian dari diri yang lain

Puisi 20 - “Ayah dan Burung-burung” Karya Radial Tanjung Banua

Aku terbayang ayah yang melangkah di pematang sawah kenangan.

Sesekali langkahnya tertegun

ngungun bersama embun.

Kadang ayah bagai orang-orangan dari jerami

di tengah menguning padi.

Kusentakkan tali rindu di antara kami.

Maka tersintaklah ayah bersama riuh burung-burung yang berlepasan

tak kembali lagi.

Yogyakarta, 2011

Berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Baca Juga: 30 Puisi tentang Hari Raya Idul Fitri 1444 H/2023: Indah dan Berkesan

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm