Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!
Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu dan bapakku, karena mereka berada
di luar hitungan: Kamar begini,
3 X 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa
Puisi 8 - Sosok Lelaki Hebat
Banyak puisi tentang ayah
Tapi itu ayah mereka
Ini ayahku
Ayah dari sembilan bersaudara
Ayah yang sudah pergi mencari rezeki sebelum mataku terbit di pagi hari
Kudengar bising mesin perahunya jauh sebelum matahari menampakkan tubuhnya
Lalu kembali saat ikan-ikan di atas sampannya sudah cukup
Cukup untuk dijual demi mengisi perut-perut kecil kami
Teriknya matahari tak melunturkan semangatnya
Derasnya hujan ia tetap bertahan di lautan
Kencangnya angin tak menjatuhkan tanggung jawabnya
Ayah, engkau adalah sosok lelaki terhebat
Puisi 9 - Getar Malam Rinduku
Inginku gali gundukan itu
Dan mencabut papan nama setiap dukaku
Biarlah napasku memeluk tentangmu
Puisi-puisi gelap menimang ku
Sajak berairmata merangkulku
Dan merambatkan tiap ratap di sekitar gelap
Seolah kamu utus jangkrik untuk memejamkan lelahku
Nyanyi cerita tentang dahaga merindu
Seolah kamu titipkan restumu
Lewat dingin malam menyuap
Mantra-mantra penghapus basah tatapku
Tiap dendang lantun macapat mengiring sendu
Seperti suara hati yang tersampaikan padaku
Bahkan suara gitar berbeda saat anganku
Menuju kenangmu
Getar yang memancar melahirkan syair
Bak pujangga berlagu
Ini untukmu, Itu buatmu, Dan doa sebagai baktiku
Aku sungguh merindumu, Ayahku..
Puisi 10 - Pahlawan Kesuksesanku - Ardiyani Muninggar
Fajar telah menyapa pagiku
Kau jadikan hari mu, hari untuk pengorbanan
Pengorbanan mencari rezeki, pengorbanan untuk mencari awal yang baru
Kau ajarkan aku arti perjuangan, kau ajarkan aku arti kesuksesan
Ayah mungkin tanpa mu aku tidak bisa seperti ini..
Mungkin tanpa mu aku tidak bisa berdiri di tengah-tengah impianku..
Impian untuk meraih keberhasilan
Impian untuk mencapai kemenangan…
Baca Juga: 10 Puisi Hari Pendidikan Nasional 2023 yang Sesuai dengan Tema
Puisi 11 - Akulah si Telaga - Sapardi Djoko Damono
Akulah si telaga: belayarkan di atasnya;
Berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
Berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
Sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja—
Perahumu biar aku yang menjaganya
Puisi 12 - Mata Hitam - WS Rendra
Dua mata hitam adalah mata hati yang biru
Dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu
Rindu bukanlah milik perempuan melulu
Dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu
Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi
Kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi
Dua mata hitam adalah rumah yang temaram
Secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam
Puisi 13 - Di Kuburan Ayah - Slamet Sukirnanto
Berteduh pohon kamboja berkembang
Tinggalmu yang kekal
Tak kenal lagi senyummu
Memikat hatiku
Ketika masih kanak
Bukan segunduk tanah
Kupuja. Kerna diharamkan agama
Adalah hidupmu
Mengenang di kalbu!
Puisi 14 - Ayah - Syamsu Indra Usman
Ayah
Berilah aku sekendi air dingin
Bila datang kemarau panjang
Dalam aku menggapai cita-cita
Yang kau ikat pada tonggak
Kekerasanmu
Ayah
Berilah aku jalan untuk memilih
Jalan kebebasan untuk mendaki
Tangga yang selama ini kau belenggu
Kau tau dalam diriku mengalir darah seni
Yang haus keindahan memilih jalanku sendiri
Puisi 15 - Untukmu Ayahku - Dina Sekar Ayu
Di keheningan malam
Datang secercah harapan
Untuk menyambut jiwamu datang
Sebercik harapan agar kau kembali pulang
Hanya sepenggal kata bijak yang bisa kutanamkan
Duduk sedeku, tangan meminta, mulut bergoyang, jatuh air mata
Tapi apalah daya
Semua harapan hilang sirna
Karena kau telah tiada
Ayahku tercinta
Baca Juga: 10 Puisi Tentang Ibu Tercinta yang Mengharukan dan Menguras Air Mata
Puisi 16 - Ayah Terhebat - Dinda Nursifa
Beruntungnya aku memiliki ayah sepertimu
Semua yang engkau lakukan memberikan contoh yang baik
Selalu sabar dan penyayang pada keluarganya
Berdiri paling depan untuk kebenaran
Engkau adalah ayah terhebat…
Rasanya tak pernah kau tunjukan wajah sedih
Senyum dan tawamu selalu terlihat dari bibirmu
Engkau selalu menebar kebaikan pada semua orang
Semangatmu pun tak pernah padam
Aku sayang sekali, wajah ayahku.
Puisi 17 - Pelita Hidup - Anonim
Ijinkan aku bersandar di bahumu meski aku sudah tak kecil lagi
Berayun di lengan tanganmu yang kokoh
Merasakan damai hidup yang tak terganggu
Memiliki semua hal hanya dengan berada di pelukanmu
Merasakan terang dunia meski malam telah tiba
Teduh kedamaian kau sajikan
Menguatkan tangan tak bertulang untuk bangkit
Ku mohon aku selalu kecil agar kau tak menua
Desah nafasmu kembali tak terdengar berat
Detak jantung penuh semangat bagai langkah amukan kuda
Aku mohon kau tetap ada
Bersama denganku seperti hari lalu
Memeluk erat menghujani dengan kecupan penawar sakit
Puisi 18 - Pahlawan Kesuksesanku karya Ardiyani Muninggar
Fajar telah menyapa pagi ku.
Kau jadikan harimu, hari untuk pengorbanan.
Pengorbanan mencari rezeki, pengorbanan untuk mencari awal yang baru.
Kau ajarkan aku arti perjuangan, kau ajarkan aku arti kesuksesan.
Ayah mungkin tanpamu aku tidak bisa seperti ini.
Mungkin tanpamu aku tidak bisa berdiri di tengah-tengah impianku.
Impian untuk meraih keberhasilan.
Impian untuk mencapai kemenangan.
Puisi 19 - “Yang Berjiwa Tegar” Karya Kurnia Habibah
Bagiku
Engkau penawar sesal di arena luas
Memberi dengan cinta
Hidup untuk kami
Berjuang untuk keluarga
Selalu terpatri dalam hati
Perjuanganmu yang penuh arti
Bangga diri ini dititipkan padamu ayah
Senyummu di hadapan kami
Merubah segala payah
Terimakasih ayah
Akan ku jaga kebanggaanmu padaku
Hingga tiba saat anakmu tumbuh dewasa
Engkau berbesar hati melepasnya
Menjadi bagian dari diri yang lain
Puisi 20 - “Ayah dan Burung-burung” Karya Radial Tanjung Banua
Aku terbayang ayah yang melangkah di pematang sawah kenangan.
Sesekali langkahnya tertegun
ngungun bersama embun.
Kadang ayah bagai orang-orangan dari jerami
di tengah menguning padi.
Kusentakkan tali rindu di antara kami.
Maka tersintaklah ayah bersama riuh burung-burung yang berlepasan
tak kembali lagi.
Yogyakarta, 2011
Berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: 30 Puisi tentang Hari Raya Idul Fitri 1444 H/2023: Indah dan Berkesan