Ketika beraktivitas di Yogyakarta, dia sempat ditahan oleh pemerintah kolonial Belanda selama dua bulan. Pada 1947 sebagai Wakil Kowani, Dr Sulianti Saroso bersama dengan Utami Suryadarma dan Sukaptinah menjadi delegasi Indonesia dalam Kongres Wanita di India.
Sebagai dokter, Sulianti Saroso bekerja pertama kali di CBZ (Centraal Burger Ziekenhuis) yang kemudian menjadi Rumah Sakit Ciptomangunkusuma di Yogyakarta, kemudian pindah ke berbagai tempat dan jabatan.
Dengan beasiswa dari Unicef, beliau memperdalam pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat serta kesehatan ibu dan anak ke Inggris, Skandinavia, Amerika Serikat dan Malaysia.
Pada 1965, beliau menerima ijazah Administrasi Kesehatan Rakyat dari Universitas London dengan disertasi tentang Escheria coli.
Pada 1969, beliau menjadi profesor di Universitas Airlangga. Dari 1967-1975, Sulianti Saroso menjabat sebagai Direktur Jendral Pencegahan, Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit menular.
Baca Juga: Marie Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Jadi Google Doodle Hari Ini
Mulai 1975, beliau menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI sampai pensiun pada 1978.
Pada 1973, Sulianti menjabat sebagai Ketua (Presiden) WHA (World Health Assembly) dari WHO. Karena keprihatinannya atas tingginya angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan, beliau memelopori program keluarga berencana.
Untuk menghormati jasa-jasanya, sebuah rumah sakit di Jakarta diberi nama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso.