Sesuai dengan asal usulnya, penari Legong yang baru adalah dua orang gadis yang belum menstruasi.
Baca Juga: Tari Pendet: Sejarah, Gerakan, Pola Lantai
Kemudian ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari tersebut disebut dengan legong, dimana selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu.
Di beberapa tari legong, ada seorang penari tambahan yang disebut dengan condong, yang mana mereka tidak dilengkapi dengan kipas.
Struktur tariannya sendiri biasa terdiri dari papeson, pengecet, dan pakaad. Dalam perkembangan zaman, Tari Legong sempat kehilangan popularitasnya di awal abad ke-20 karena maraknya bentuk Tari Kebyar yang berasal dari bagian utara Bali.
Kemudian, usaha revitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi.