Wapres Ma'ruf Amin Tekankan Hidup Proporsional

20 Mei 2023 13:50 WIB
Wakil Presiden Ma'ruf Amin hadir dalam acara Haul Syekh Nawawi Al-Bantani ke-130 diperingati di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara Banten, Jumat malam (19/05/2023).
Wakil Presiden Ma'ruf Amin hadir dalam acara Haul Syekh Nawawi Al-Bantani ke-130 diperingati di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara Banten, Jumat malam (19/05/2023). ( Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Wakil Presiden (BPMI Setwapres) )
 
Sonora.ID - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin hadir dalam acara Haul Syekh Nawawi Al-Bantani ke-130 diperingati di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara Banten, Jumat malam (19/05/2023).
 
Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan tokoh ulama yang berjasa pada penyebaran agama Islam di tanah air. 
 
Pada peringatan haul tersebut, Wapres Ma’ruf Amin menggarisbawahi pandangan-pandangan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam berbagai persoalan kehidupan, utamanya untuk pedoman masyarakat agar hidup secara proporsional berada di bawah naungan Sang Pencipta.
 
“Orang yang cinta dunia dalam arti proporsional, wajar saja, tidak berlebihan, dengan tetap menjaga kewajiban-kewajibannya pada Allah, itu bagian daripada watak manusia (manusiawi)," ungkap Wapres.
 
 
Ia melanjutkan, dalam konteks mencari rezeki, jika melakukannya sesuai dengan ketentuan syariah dan tidak melalaikan kewajiban, maka termasuk dalam kategori berjuang di jalan Allah.
 
“Kalau kita mencari rezeki yang halal, tetap menjaga hal-hal yang menjadi kewajiban kita, itu adalah jihadul akbar,” ujarnya.
 
Adapun terkait hadis yang menyebutkan bahwa “siapa mencintai dunianya maka membahayakan akhiratnya”, Syekh Nawawi pun menerangkan bahwa hadis tersebut merujuk pada orang yang mencari dunia dengan mengerjakan hal-hal yang dilarang agama sehingga ia kehilangan akhiratnya. 
 
"Jadi, Beliau (Syekh Nawawi) mengatakan bahwa yang tidak boleh itu kalau kita mencari rizki tidak sesuai syariah. Karena kalau tidak sesuai syariah itu berarti tidak ada [tidak bernilai],” papar Wapres.
 
 
Menurut Wapres, khususnya dalam menjemput rezeki, seseorang diminta untuk mampu berusaha terhadap pekerjaannya dan tidak lalai dalam menjalankannya. Sebab, apabila lalai dalam menjalankannya, hal tersebut menunjukkan mata hati yang sudah hilang.
 
“Usaha kamu terhadap sesuatu yang sudah dijamin oleh Allah [rezeki], dan kamu lalai terhadap apa yang diminta oleh Allah [amal], itu menunjukkan hilangnya mata hati daripada kamu,” jelas Wapres.
 
Wapres juga menyebutkan bahwa seseorang yang terlalu mencintai sikap yang terlalu berpihak pada hal-hal duniawi yang merugikan merupakan biang daripada berbagai kesalahan.
 
“Cinta dunia yang membawa kepada melanggar, yaitu perintah-perintah Allah, menyia-nyiakan perintah Allah, dan mengerjakan apa yang dilarang oleh Allah. Kewajiban yang banyak diabaikan, itu yang menyebabkan hilang akhiratnya, yang menyebabkan sumber daripada kesalahan,” tegasnya.
 
Lebih jauh pada kesempatan ini, Wapres menuturkan tentang keluasan cara berpikir Syekh Nawawi dalam menafsiri ayat khudzu hidrakum (bersiap siagalah kamu) tidak hanya dalam konteks menjaga diri dari musuh dalam perang, tetapi juga dari semua bahaya yang diduga akan datang, seperti wabah penyakit. 
 
“Semua bahaya yang akan datang kita harus antisipasi. Dari cara berpikir ini maka berobat itu dan menjaga diri dari wabah penyakit itu wajib. Artinya, menjaga diri dari wabah penyakit, termasuk wabah Covid-19 melalui protokol kesehatan, vaksinasi, itu berarti wajib kata Syekh Nawawi Al-Bantani,” terang Wapres. 
 
 
Mengakhiri sambutannya, Wapres menekankan pentingnya untuk memberikan perhatian penuh kepada kewajiban manusia dalam berkehidupan, seperti menjaga harta, mendidik anak, dan menjalani pekerjaan dengan sepenuh hati dan tidak lalai.
 
“Jangan sampai melalaikan kewajiban kita, harta kita, anak kita, kerjaan kita,” pungkasnya.
 
Sebagai informasi, Syekh Nawawi Al-Bantani lahir di Kampung Tanara, Desa Tanara, sebuah desa kecil di Kecamatan Tirtayasa (sekarang Kecamatan Tanara), Kabupaten Serang, Banten pada tahun 1230 Hijriyah atau 1815 Masehi, dengan nama Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi Al-Bantani. 
 
Sebagai seorang ulama dan intelektual bertaraf internasional, Syekh Nawawi yang juga imam Masjidil Haram tersebut, sangat produktif dalam menulis kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Salah satu karya Syekh Nawawi yang paling terkenal adalah Kitab Tafsir Marah Labid sebagai satu-satunya Kitab tafsir berbahasa Arab yang ditulis oleh orang Indonesia.
 
Hingga kini Syekh Nawawi disebut sebagai guru dari para guru ulama nusantara yang telah melahirkan para ulama besar, seperti K.H. Kholil Bangkalan, K.H. Asnawi Kudus, K.H. Tubagus Bakri, dan K.H. Arsyad Thawil Banten, K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdlatul Ulama), serta Sulaiman Ar-Rasuli (Pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah).
 

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm