Sebagai gambaran, di Pemilu tahun 2015, angka partisipasi mencapai 67 persen. Sedangkan di tahun 2019, mencapai angka 79 persen.
Namun di tahun 2020, partisipasi justru turun menjadi 64 persen.
"Ini menjadi PR kami ke depan. Bagaimana agar kami bisa meningkatkan partisipasi pemilih di tahun 2024, agar bisa melebihi target 80 persen," tekannya.
Fahmi menjelaskan, kedepan pihaknya bakal fokus melakukan kerjasama kelembagaan.
Misalnya, kerja sama ke perguruan tinggi, dinas pendidikan (Disdik), hingga dinas kependudukan dan pencatatan sipil (Disdukcapil).
"Entah itu MoU atau perjanjian kerja sama. Misalnya di perguruan tinggi atau kampus. Mudah-mudahan kami bisa masuk ke sana, dan melakukan sosialisasi secara masif," harapnya.
"Sedangkan untuk sekolah-sekolah di Kalsel, kami akan melibatkan seluruh KPU di Kabupaten Kota," ujarnya lagi.
Lebih jauh, Fahmi juga menambahkan, sesuai dengan ketentuan PKPU, target sosialisasi di antaranya adalah para pemilih pemula.
"Pemilih yang rentang usianya 17 sampai 40 tahun. Pemilih pemula Itu, digadang-gadang yang paling banyak di Pemilu 2024," tutupnya.
Baca Juga: Prabowo–Erick Pasangan Paling Berpeluang Menangi Pemilu 2024
Sementara itu, Ketua Bawaslu Kalsel, Azhar Ridanie juga mengharapkan peran generasi muda atau pemilih pemula.
Salah satu upaya, menggaet sejumlah perwakilan pemilih pemula dalam setiap rapat koordinasi dan sosialisasi partisipasi, hingga menggelar sekolah kader pengawasan.
Pesertanya beragam, misalnya dari kalangan siswa dan mahasiswa. Di situ, mereka dididik menjadi pengawas partisipatif dan pengetahuan tentang pemilu.
"Kami ingin, mereka bisa menyebarkan informasi itu ke kalangan lainnya," ucapnya.
"Misalnya, mengajak teman-teman untuk tidak golput, menolak politik uang, hingga mengawasi setiap tahapan kampanye," tambahnya.
"Apa saja yang dilarang, mereka sudah paham dan mengetahui. Lalu menyampaikan laporan ke kami. Kami mengharapkan partisipasi seperti itu," harapnya.