5. Berkurangnya pohon
Apabila suatu daerah terutama yang berupa lereng atau tebing memiliki hutan yang gundul maka akan berdampak pada struktur tanah yang melonggar karena tidak memiliki penahan, juga air tidak memiliki daerah resapan. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya tanah longsor.
6. Tekstur tanah tidak padat
Tekstur tanah tidak padat Kerapuhan tanah tidak hanya terjadi akibat musim kemarau. Jenis tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng mencapai 220º, juga berisiko mengalami longsor.
Kedua jenis tanah tersebut sangat mudah pecah saat panas dan lembek saat diguyur air.
7. Penyusutan muka air danau atau bendungan
Jika permukaan air danau atau bendungan susut secara cepat, gaya penahan pada tanah akan hilang.
Akibatnya, tanah akan retak dan berpotensi mengalami longsor. Kondisi ini kian diperparah jika kemiringan bendungannya mencapai 220º.
Lahan pertanian di lereng dapat berpotensi menimbulkan longsor.
Karena jenis bibit yang ditanam umumnya tidak berakar kuat untuk mengikat bulir tanah. Ditambah penataan lahan perkebunan yang buruk dan genangan di air pada petak pertanian, kian memperbesar risiko longsor.
8. Batuan yang rapuh
Setelah erupsi, gunung berapi biasanya meninggalkan batuan endapan dan sedimen yang merupakan campuran kerikil, batu lempung, dan pasir. Material tersebut umumnya kurang kuat dan mudah sekali mengalami pelapukan, sehingga mudah terjadi longsor.
9. Material timbunan pada tebing
Dalam proyek pembangunan dan perluasan area, biasanya dilakukan proses pemotongan tebing dan tanah sisa yang akan ditumpuk di lembah. Tanah tersebut biasanya belum padat sempurna, sehingga mudah sekali terjadi longsor saat diguyur hujan lebat.
10. Berat badan tanah
Jalan raya yang umumnya dibangun di pinggir lereng akan mendapat tekanan besar dari kendaraan dalam waktu lama.
Apabila dibiarkan, tekanan tersebut dapat memperbesar gaya dorong tanah, hingga akhirnya menyebabkan tanah longsor.
Demikian adalah 10 penyebab tanah longsor.