Tanaman mangrove juga dapat menjadi tempat berlindung dan memijah atau pelepasan telur berbagai biota laut dan juga habitat satwa.
Dikatakanya, mangrove juga memiliki kemampuan menyimpan carbon berkali lipat sehingga mangrove penting dalam mengendalikan perubahan iklim.
Selain itu, penanaman tersebut sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan ekosistem mangrove di pesisir Kalsel, sesuai arahan Gubernur Sahbirin Noor.
“Kami harap ke depan ekosistem mangrove ini akan menjamin keberlanjutan sumber mata pencaharian masyarakat setempat dan tentunya akan meningkatkan kualitas kehidupan mereka,” tuturnya.
Dijelaskan Hanifah, penanaman dilakukan menggunakan metode rumpun berjarak, dengan total luasan mencapai 2,5 hektar.
Ia mengatakan, 7 ribu bibit yang ditanam berasal dari pembibitan masyarakat yang ada di wilayah sekitar desa Sungai Bakau, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Bibit yang kita tana mini semuanya berasal dari pembibitan masyarakat,” imbuhnya.
Misransyah, Kepala Dusun 2 Desa Sungai Bakau mengatakan, mewakili masyarakat, ia mengaku sangat bersyukur daerahnya dijadikan lokasi penanaman mangrove.
Kegembiraan dan kebanggaan warga menurut Misransyah tidak berlebihan, karena selama ini ada kekhawatiran akan bahaya abrasi yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Baca Juga: Kerja Bareng Forum Genre & BKKBN Kalsel, Datangi Sekolah Edukasi Gizi & Cegah Anemia
Seperti yang terjadi tahun lalu, gelombang air laut merusak beberapa rumah warga, dan sempat melumpuhkan aktivitas warga.
Oleh karenanya, keberadaan tanaman mangrove sedikit banyak akan menghalau gelombang laut yang berpotensi menghancurkan bangunan milik warga yang tinggal di daerah pesisir.
“Tahun lalu beberapa rumah warga rusak terkena abrasi,” bebernya.
Ia berharap, ke depan, Pemprov Kalsel ataupun Pemkab Tanah Laut kembali memprogramkan penanaman mangrove di pesisir Desa Sungai Bakau, sehingga tercipta tanggul alami yang dapat menahan abrasi air laut.
“Ke depan kita harapkan akan ada lagi penanaman serupa,” pungkasnya.