Sonora.ID - Sanghyang Siwa sering disebut sebagai Trinetra, yang berarti "Dewa bermata tiga". Matahari dikatakan mata kanannya, bulan mata kiri sementara api adalah mata ketiganya.
Sementara dua matanya yang lain menunjukkan aktivitasnya di dunia fisik, mata ketiganya melihat melampaui yang terlihat mata telanjang. Mata di dahinya yang siap melepaskan api dan menghancurkan dunia.
Banyak orang beranggapan itulah mengapa Shiva disebut sebagai 'perusak'.
Dikutip dari Calonarangtaksu, banyak yang beranggapan bahwa mata ini terbuka ketika Siwa sedang marah.
Saat kemarahan dan kesedihan Shiva pada kematian pasangannya, Sati, mengancam akan hancurkan semua dengan membuka mata ketiganya, sampai semua dewa salut padanya, nyanyikan lagu untuk kemuliaan dan memintanya untuk tenang.
Ketika Dewa Kama atau Dewa Semara menganggu pertapaan Dewa Siwa, beliau murka lalu membuka mata ketiganya sehingga Dewa Semara hangus menjadi abu, atas permohonan Dewi Ratih, Dewa Semara pun dihidupkan kembali.
Ketika tradisi berubah, makna mata ketiga juga berubah.
Di sini, ada beberapa konsep lama dan baru yang umum tentang mata ketiga dalam agama Hindu dan Budha.
Mata ketiga adalah mata kebijaksanaan dan pengetahuan spiritual.
Dipercayai bahwa Dewa Siwa menggunakan mata ketiga untuk melihat melampaui yang tampak dan melindungi yang baik dari para penjahat.