Semarang, Sonora.ID - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meraih penghargaan Satyalancana Wira Karya tahun 2023 dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Melalui program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng, Ganjar Pranowo berhasil menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) secara signifikan.
Penghargaan Satyalancana Wira Karya diberikan kepada kepala daerah yang berjasa, berprestasi, berkomitmen, dan memberikan darma bhakti yang besar kepada negara dan bangsa Indonesia, khususnya dalam pelaksanaan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana di wilayahnya.
Penghargaan ini rencananya akan disematkan langsung oleh Presiden Joko Widodo dalam puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 yang akan digelar di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
“Tahun 2023 ini, BKKBN mengajukan kepada Bapak Presiden, dalam hal ini melalui Sekretaris Militer Kepresidenan yang menangani penghargaan. Ada kurang lebih 39 kepada daerah yang diusulkan,” kata Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi (Adpin) BKKBN Sukaryo Teguh Santoso dihadapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca Juga: Kita Masuk ke Endemi COVID-19, Ini Hal yang Harus Dilakukan
Teguh bersama Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih mendampingi Sekretaris Militer Kepresidenan melakukan verifikasi penerima Penghargaan Satyalancana Wira Karya kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Senin (19/06/2023).
Teguh menjelaskan pengajuan tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya kepada Presiden untuk Gubernur Jawa Tengah ini didasarkan atas komitmen, kiprah dan dedikasi yang luar biasa terhadap program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting di Jawa Tengah selama kurun menjabat.
Ketua Tim Verifikasi dan Validasi Setmilpres Brigjen. TNI Heri dalam pertemuan itu menyebutkan pemberian penghargaan melalui berbagai tahap verifikasi dan validasi.
“Mohon ijin Pak Gub (Gubernur). Singkat saja, sebelum Bapak paparan, kembali lagi, ini adalah memang tahapannya,” kata Brigjen TNI Heri
“Saya coba zoom lebih detail. Ada kasus yang menarik terjadi di Brebes dan Kota Semarang. Sama sama tinggi. Dulu kita pikir kalau AKI dan AKB itu tinggi itu karena fasilitas rumah sakitnya buruk atau dokternya kurang. Kalau itu terjadi di Brebes, oke. Tapi kalau di Kota Semarang, ya nggak oke,” kata Ganjar.
Dari masukan dan saran dari para jajarannya hingga tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kehamilan, Ganjar menyimpulkan masalah utama kasus-kasus kematian ibu dan bayi di Jawa Tengah adalah kurangnya komunikasi, khususnya antar jejaring pemberi pelayanan kesehatan maupun fasilitas kesehatan.
“Karena itu ibu-ibu hamil itu harus diinceng (diamati), nginceng wong meteng, kemudian sama teman-teman di jajaran saya ditambahi, Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng dan disingkat jadi lima eng (5NG),” kata Ganjar.
Ganjar menambahkan bahwa kata “nginceng” tidak hanya sekedar diartikan dengan mengamati saja, namun diimplementasikan dengan upaya pendampingan, pengawalan, pemantauan kepada para ibu hamil sekaligus dilakukan juga upaya pencatatan dan pelaporan.
Keseluruhan upaya tersebut menurut Ganjar, tidak akan terlepas dari proses komunikasi, baik antar ibu hamil dengan tenaga kesehatan maupun antar tenaga dan fasilitas kesehatan sehingga hal tersebut menjadi solusi terhadap akar masalah utama kasus angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
“Selain itu, sebelum hamil, KB-nya, kita kendalikan dengan teman –teman dari BKKBN. Nah, BKKBN ini sangat entengan (suka membantu),” ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, penggunaan kontrasepsi secara tidak langsung sangat membantu upaya penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita karena dapat mencegah munculnya kasus kasus kehamilan yang tidak direncanakan dan berisiko. Ganjar menegaskan penggunaan kontrasepsi KB merupakan salah satu cara untuk pencegahan stunting.
Berdasarkan data yang dihimpun, pasca pencanangan program 5NG di tahun 2016 terjadi penurunan kematian ibu, bayi dan balita di Jawa Tengah.
Pada 2017, AKI berada di posisi 88,58 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini kemudian turun menjadi 78,6 pada 2018 dan turun lagi menjadi 76,9 pada 2019.
Pada masa Pandemi Covid-19, di mana fasilitas kesehatan lebih difokuskan terhadap penanganan Covid-19, angka kematian ibu dan bayi kembali meningkat, yakni 98,6 dan 199.
Pada 2022 AKI dan AKB kembali berhasil ditekan turun menjadi 84,6 per 100 ribu kelahiran.
Adapun AKB selalu mengalami penurunan sejak 2017 hingga 2022, berturut – turut 8,93 (2017), 8,36 (2018), 8,22 (2019), 7,79 (2020), 7,87 (2021) dan 7,02 (2022).
Selain Jateng Gayeng Nginceng Wong Meterng , Ganjar juga memiliki program percepatan penurunan stunting di Jawa Tengah. Program ini diberi nama “Jo Kawin Bocah”.
Baca Juga: Bersama Ganjar dan Gibran, Puan Hadiri Pencanangan Imunisasi IPV 2 di Jateng
Sementara itu sebelum memverikasi dan memvalidasi Ganjar Pranowo, Tim Verifikasi dan Validasi Sesmilpres mengunjungi Kampung KB Jatirejo dan Puskesmas Gunungpati Kota Semarang untuk melakukan uji petik tentang pelaksanaan program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah.
Tim akan melanjutkan perjalanannya ke beberapa daerah di Jawa Tengah hingga 23 Juni untuk kegiatan serupa dalam rangka usulan Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya kepada Bupati Grobogan, Bupati Klaten, Bupati Banyumas dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyumas.