Sebuah negara terputus dari negara lain. Masing-masing negara mengurus dirinya sendiri (desentralisasi global) untuk mampu bertahan hidup dalam Covid. Covid menguji ideologi masing-masing negara apakah mampu bertahan dalam krisis.
“American Dream yang merupakan nilai luhur dari sebuah kejayaan AS akhirnya harus hancur karena Covid dan jejak kehancuran ekonomi masih terasa di negara Paman Sam hingga saat ini. Inggris mengeluarkan keputusan tak terpuji yakni melakukan perilaku diskriminatip dan tidak fair kepada Indonesia dengan alasan Covid. Tim All England Indonesia dipaksa mundur dari turnamen karena dituduh terinfeksi Covid pada Maret 2021. Padahal Inggris tidak dapat menunjukan penumpang yang diduga terinfeksi Covid,” ujar Putut Prabantoro.
Ketika Covid, demikian diurai, Indonesia meski tidak melakukan lockdown tetap terdampak karena banyak negara yang melarang warganya masuk ke Indonesia. Atau juga, negara tersebut melarang para warga negara asing yang terbang dari Indonesia masuk ke negaranya.
Meski demikian, Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang mampu keluar dari bencana non-alam ini. Gotong royong sebagai nilai luhur dan merupakan inti dari ideologi Pancasila merupakan faktor kekuatan bagi masyarakat untuk bertahan dalam Covid-19.
Baca Juga: Wapres sampaikan pesan kepemimpinan pada peserta PPRA 63 & 64 Lemhanas
“Terlepas dari apakah Covid itu merupakan senjata biologi atau bahkan merupakan perang itu sendiri, bertahan hidup dalam krisis harus bertumpu pada ideologi. Ideologi harus menjadi senjata yang nyata bagi keberlangsungan hidup negara, bangsa dan masyarakatnya,“ tegas Putut Prabantoro.
Perubahan iklim (climate change), dijelaskan lebih lanjut, juga menjadi faktor pengubah masa depan sebuah ideologi. Perubahan iklim ekstrim yang terjadi di jazirah Arab dan Afrika akan berdampak pada nilai-nilai luhur yang selama ini dipegang erat masyarakat di sana. Jazirah Arab yang sebelum ini tidak pernah hujan, banjir dan bersalju, sekarang masyarakatnya mengalami dan sekaligus menghadapi perubahan alam itu.
Pilihan dari perubahan alam tersebut adalah, bertahan hidup (survival) dengan cara menyesuaikan diri atau harus menghadapi kehancuran oleh alam karena tidak mampu menghadapi dan berpegang pada ideologi lama.
“Pertanyaannya adalah, apakah perubahan alam tersebut akan memengaruhi atau bahkan mengubah nilai-nilai luhur, budaya, kepercayaan, keyakinan yang menjadi dasar ideologi negara-negara di jazirah Arab? Apakah ini berarti, perubahan yang terjadi di Jazirah Arab akan memengaruhi masyarakat negara-negara lain yang berkiblat ke Arab. Yang dihadapi adalah alam dan bukan politik buatan manusia?" urai Taprof Lemhannas tersebut.
Baca Juga: 3 Klasifikasi Demokrasi Berdasarkan Titik Berat, Ideologi dan Rakyat