Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17. Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo, Wikana Dan Armansyah.
Pertemuan tersebut menemutuskan tentang kemerdekaan Indonesia harus diraih dengan usaha bangsa Indonesia.
Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan.
Sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Sukarno dan Hatta agar mereka diikutsertakan menyatakan Proklamasi mengingat usaha Sutat Syahrir belum berhasil.
Pada pukul 22.00, Wikana dan Darwis datang ke rumah Sukarno untuk menyampaikan hasil putusan perundingan.
Namun Sukarno masih tetap pada pendiriannya bahwa Jepang masih berkuasa.
Akhirnya pada pukul 24.00 pemuda meninggalkan kediaman Sukarno dan langsung mengadakan pertemuan untuk mengamankan Soekarno dan Moh Hatta.
Shodanco Singgih menjadi pimpinan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta menuju Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 menjelang subuh (sekitar pukul 04.00 WIB).
Rengasdengklok dipilih karena dirasa lebih aman karena ada Daidan Peta yang hubungannya baik dengan Daidan Jakarta.
Para pemuda berharap pada 16 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan.
Mereka pun berusaha membujuk keduanya dibantu oleh Ahmad Subarjo.
Setelah berdiskusi kembali, Ahmad Subarjo memberikan jaminan bahwa proklamasi akan dilaksanakan pada 17 Agustus sebelum pukul 12.00.
Akhirnya teks proklamasi pun disusun dan dibacakan pada 17 Agustus 1945.
Demikian ulasan tentang apa tujuan peristiwa Rengasdengklok beserta latar belakang dan kronologinya.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News