Jika kereta berhenti secara mendadak, energi kinetik tersebut harus dihilangkan dengan cepat, yang bisa menyebabkan bahaya bagi penumpang dan kereta itu sendiri.
Hal tersebut dijelaskan dalam buku Railway Transportation Systems: Design, Construction, and Operation oleh Christos N. Pyrgidis (2016).
Baca Juga: Kesaksian Penumpang KA Brantas: Seperti Ledakan Bom Dan Bergetar Kaya Gempa...
Sebenarnya, dalam situasi darurat, kereta biasanya dilengkapi dengan sistem pengereman darurat yang lebih kuat untuk menghentikan gerakannya lebih cepat daripada saat berhenti secara normal.
Sayangnya, dikutip dari laman Go Whistle Blower, sistem pengereman darurat ini masih memiliki keterbatasan karena ukuran, berat, dan kecepatannya, kereta tidak berhenti dengan cepat.
Selain itu, pengereman darurat ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari bahaya seperti kemungkinan tergelincir, kehilangan kontrol, atau kerusakan pada rel kereta.
Ini artinya, masinis yang terlatih sekalipun mungkin tidak memiliki cara untuk benar-benar menghindari kecelakaan.
Namun, jika laporan terdapat mobil mogok di jalur kereta sempat datang sekitar 1 kilometer sebelumnya, kereta dapat dapat mengurangi kecepatan sebelum menabrak.
Meski sudah mengurangi kecepatan, bukan berarti kereta dapat berhenti sepenuhnya.
Penjelasan ini persis seperti yang terjadi pada kecelakaan kereta api di Semarang.
Berdasarkan berita simpang siur yang beredar, supir truk sempat keluar dan memberi tanda kepada masinis, sehingga masinis dapat mengurangi kecepatan dan meminimalisir kecelakaan yang menelan korban jiwa.
Kemampuan masinis dalam peristiwa tersebut juga harus diapresasi. Jika mengerem dengan teknik yang salah, kereta mungkin bisa keluar dari jalur dan menelan korban jiwa.
Baca Juga: Kecelakaan KA Brantas dengan Truk sempat Menimbulkan Kebakaran
Demikian tadi alasan kenapa kereta tidak bisa berhenti mendadak. Semoga dapat menambah pengetahuan Anda.