3 Cerita Rakyat Jawa Tengah yang Mengandung Nilai Moral dan Kebaikan

24 Juli 2023 13:01 WIB
Ilustrasi cerita rakyat Jawa Tengah.
Ilustrasi cerita rakyat Jawa Tengah. ( Wikipedia)

Timun Mas pun menuruti perkataan itu. Saat ia dikejar Raksasa, Timun Mas mengeluarkan isi bungkusan pertama berupa biji mentimun.

Biji-bijian itu kemudian menjadi ladang timun besar yang menghalangi jalannya Raksasa. Meski sulit, Raksasa berhasil melewati ladang itu dan kembali mengejar Timun Mas.

Maka dikeluarkanlah barang kedua dari bungkusan yaitu jarum. Tak disangka, jarum ini menjadi hutan lebat yang membuat Raksasa terhadang.

Meski begitu, Raksasa masih bisa bangkit. Timun Mas lalu mengeluarkan benda ketiga berupa garam. Ternyata garam itu berubah menjadi lautan nan luas. Hebatnya Si Raksasa masih bisa selamat.

Timun Mas mulai ketakutan dan sambil berdoa melemparkan benda terakhir dalam bungkusannya yaitu terasi. Ternyata benda terakhir ini menjelma jadi lumpur yang pedas sehingga mematikan Si Raksasa.

Timun Mas pun kembali kepada suami-istri petani tadi dan hidup bahagia selama-lamanya. (*)

Baca Juga: 19 Contoh Cerita Rakyat yang Populer di Indonesia, dengan Penjelasan

2. Baru Klinting: Asal Muasal Rawa Pening

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang anak yang sakti. Kesaktiannya ini membuat seorang menyihir jahat iri.

Penyihir jahat menyihir anak itu, sehingga tubuhnya penuh luka dengan bau yang sangat menyengat. Luka-luka baru akan muncul begitu luka lama mulai kering.

Keadaannya kondisi tubuhnya itu, tidak ada seorang pun yang mau berhubungan dengannya.  Jangankan bertegur sapa, berdekatan saja orang tidak mau. Mereka takut tertular.

Suatu hari, anak ini bermimpi ada seorang perempuan tua yang dapat menyembuhkan penyakitnya.

Ia pun berkelana mencari perempuan tua dalam mimpinya tersebut. Di setiap kampung yang ia datangi, ia selalu ditolak oleh penduduk.

Mereka merasa jijik dan mengusir anak ini. Akhirnya, sampailah ia di sebuah kampung yang sebagian besar penduduknya adalah orang-orang yang sombong.

Tidak banyak orang yang miskin di desa itu. Mereka akan diusir atau dibuat tidak nyaman kalau tinggal di sana. Hal ini mengusik hati anak kecil ini.

Pada sebuah pesta yang diselenggarakan di kampung itu, anak kecil ini berhasil masuk. Namun, orang-orang segera mengusirnya dan mencaci-makinya. Ia langsung diseret keluar.

Pada saat terseret, ia berpesan kepada orang-orang itu supaya lebih memerhatikan orang tak punya. Mendengar kata-kata anak itu, beberapa orang makin marah, bahkan meludahinya sambil berkata, “Dasar anak setan, anak buruk rupa!”

Anak itu merasa terluka dengan perlakuan orang-orang tersebut. Lalu, ia menancapkan sebuah lidi di tanah don berkata, “Tak ada satu pun yang bisa mencabut lidi ini dari tanah, hanya aku yang bisa melakukannya!”

Orang-orang meragukan ucapan anak tersebut. Mereka pun mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, tak seorangpun dapat melakukannya.

Dalam beberapa hari, lidi itu tak bisa tercabut. Suatu hari, secara diam-diam, anak itu datang don mencabut lidi itu.

Tanpa sepengetahuannya, ada seorang warga yang melihatnya dan melaporkannya kepada warga yang lain.

Dari tempat lidi itu dicabut, mengalirlah mata air. Semakin lama, air itu semakin deras.

Air menenggelamkan daerah tersebut, sehingga menjadi sebuah telaga yang kini bernama Telaga Rawa Pening.

Tidak ada yang selamat dari musibah itu kecuali seorang perempuan tua yang berbaik hati memberinya tempat tinggal dan merawatnya.

Secara ajaib penyakit kulit anak itu sembuh. Namun, penyihir jahat yang telah menyihir si anak itu tidak terima dengan kesembuhan itu.

Kemudian, ia menyihir anak itu menjadi seekor ular besar dengan sebuah kalung genta di lehernya.

Konon, ular ini sering keluar dari sarangnya pada tengah malam. Setiap kali bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi klentang-klenting.

Bunyi inilah yang kemudian membuatnya dinamakan Baru Klinting.

Kemunculan ular itu diyakini masyarakat sebagai tanda keberuntungan bagi nelayan nelayan yang tidak mendapat ikan.

Kini, Telaga Rawa Pening adalah objek wisata yang sangat populer di Jawa Tengah. Tempat ini terletak di Desa Bukit Cinta, Kabupaten Ambarawa. (*)

Baca Juga: 10 Contoh Cerita Legenda Populer Indonesia yang Menarik untuk Dibaca

3. Penjaga Kuda Istana dan dan Putri Raja: Asal-usul Baturaden

Suta adalah pelayan di sebuah kerajaan di Jawa Tengah. Tugasnya adalah menjaga kuda-kuda raja. Suta suka berjalan-jalan setelah melakukan tugasnya.

Suatu hari, ketika Suta berjalan di dekat danau, dia mendengar seorang wanita menjerit. Dengan segera Suta mencari sumber teriakan itu. Akhirnya, dia tiba di dekat pohon besar.

Di sana, dia melihat putri raja sedang berteriak ketakutan. Di depan sang putri ada ular raksasa sedang mengancam dan memojokan.

Suta sebenarnya takut, tetapi dia lebih khawatir dengan keselamatan sang putri. Jadi dia mengambil tongkat besar dan memukul ular itu di kepalanya.

Ular mendesis kesakitan dan akhirnya mati.

“Terima kasih, Suta. Kamu telah menyelamatkan hidupku,” kata sang putri.

“Tidak perlu berterima kasih putri.

"Adalah tugasku sebagai pelayan ayahmu untuk membantu dan menjagamu.”

Sejak hari itu, Suta dan sang putri menjadi teman baik. Lambat laun persahabatan mereka berubah menjadi saling jatuh cinta.

Pada suatu waktu sang putri menyuruh Suta untuk menghadaopayahnya dan meminta izin untuk menikahinya. Raja sangat marah mendengar tentang rencana mereka.

“Suta hanya seorang pelayan sementara kamu adalah putriku, sang putri.

Tidak dapat diterima bagimu untuk menikahi seorang pelayan.” ucap sang Raja tegas. Sang putri sedih mendengar jawaban ayahnya, terutama setelah ayahnya melempar Suta ke penjara karena memiliki keberanian untuk meminta menikah dengannya.

Di penjara, Suta tidak diberi makan ataupun minum apa pun. Mendengar itu, sang putri membuat rencana untuk membantu kekasihnya melarikan diri dari penjara.

Mereka berhasil dan mereka lari jauh. Mereka beristirahat di dekat sungai.

Di sana mereka menikah dan memulai sebuah keluarga. Tempat di mana Suta dan sang putri membesarkan keluarga mereka disebut Baturaden.

Batur berarti pelayan sementara raden berarti mulia. Saat ini, Baturraden adalah tempat wisata yang sangat menarik.

Baturraden terletak di kaki Gunung Slamet di Purwokerto, Jawa Tengah. (*)

Demikian paparan mengenai beberapa contoh cerita rakyat Jawa Tengah sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Baca Juga: Ringkasan Cerita Rawa Pening Bahasa Jawa: Arti dan Unsur Intrinsik

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm