Sonora.ID - Berikut adalah ulasan lengkap tentang Pemberontakan APRA di Indonesia yang sudah dilengkapi dengan latar belakang, tokoh, dan tujuan.
Indonesia tidak semata-mata langsung lepas dari pemberontakan setelah berhasil merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Terjadi beberapa pemberontakan di tanah air selepas Indonesia merdeka dari penjajahan, salah satunya adalah Pemberontakan APRA.
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) melakukan kudeta terhadap pemerintahan Indonesia pada masa itu di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling.
Kamu dapat menyimak penjelasan tentang Pemberontakan APRA berikut yang sudah Sonora ID rangkum untuk mengenal dengan baik sejarah penting tersebut.
Latar Belakang Pemberontakan APRA
Baca Juga: Mengenal Persamaan dan Perbedaan Kolonialisme dan Imperialisme
Terjadinya pemberontakan ini dipicu dengan pembubaran RIS (Republik Indonesia Serikat) melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag tahun 1949.
APRA tidak menyetujui ide pembubaran ini karena pembubaran tersebut akan membuat pasukan Koninklijk Leger (KL) ditarik oleh Belanda dari Indonesia dan KNIL dibubarkan.
Melalui keputusan pembubaran RIS, KNIL akan disatukan ke dalam TNI. Sehingga, APRA yang dipimpin oleh Westerling pun menarik anggota mantan KNIL untuk melakukan pemberontakan.
Pada masa itu, anggota APRA yang direkrut dari KNIL pun berhasil berkumpul sampai sebanyak 2000 orang di tahun 1950.
Tokoh Pemberontakan APRA
Dalam catatan Sejarah Indonesia, terdapat lima tokoh utama yang menjadi dalang utama terjadinya pemberontakan tersebut, yaitu:
Tokoh yang berperan sangat besar dalam pemberontakan ini sendiri adalah Raymond Westerling yang memimpin APRA.
Tujuan Pemberontakan APRA
Baca Juga: 7 Contoh Teks Cerita Sejarah Singkat beserta Jenis dan Struktur
Westerling memiliki tujuan tersendiri ketika menggunakan istilah APRA, yaitu sebagai makna bahwa ia merupakan keturunan Turki dan menganggap dirinya sebagai 'Ratu Adil'.
Menurut ramalan, 'Ratu Adil' dapat membebaskan Indonesia dari segala kepentingan pemimpin yang hanya memberikan keuntungan pribadi.
Untuk itu, Westerling pun yakin bahwa penggunaan nama APRA dapat menarik simpati masyarakat Indonesia saat itu dan turut mempertahankan RIS.
Pemberontakan pun terjadi di tanggal 5 Januari 1950 setelah Westerling memberikan pesan ultimatum terhadap pemerintah.
Pemerintah diberikan waktu tujuh hari untuk menanggapi ultimatum yang berisikan pengakuan RIS, terlebih Negara Pasundan, dan mengkokohkan APRA sebagai tentara Pasundan.
Moh. Hatta pun menurunkan mandat untuk menangkap Westerling pada 10 Januari 1950 agar pemberontakan tidak terjadi.
Karena mandat tersebut terdengar oleh Westerling, pemimpin pemberontakan itu pun memajukan waktu kudeta dengan menyerang Bandung dan menewaskan Letnan Kolonel Lembong.
Hingga pada akhirnya, taktik kudeta pun gagal dilakukan dan membuat Westerling kabur ke Belanda, sehingga APRA pun berhenti beroperasi di Februari 1950.
Itulah ulasan lengkap tentang Pemberontakan APRA yang menjadi salah satu peristiwa sejarah penting di Indonesia.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.