“ini tidak bisa dilakukan oleh BKKBN saja, tapi harus dengan stake holder terkait, baik dalam hal pemberian makanan, pemenuhan kesehatan, dan aspek kebersihan lingkungan hidupnya” paparnya.
Capaian penurunan prevalensi stunting hingga 24,6 persen pada 2022 menurut Husnul harus terus ditingkatkan, hingga mencapai target yang ditetapkan pemerintah pusat sebesar 14 persen pada tahun depan.
“Kita harus terus berupaya agar tahun depan dapat turun hingga 14 persen,” target Husnul.
Ia berharap, pemberian bantuan makanan tambahan bagi calon ibu dan anak yang berpotensi mengalami stunting terus dilakukan, agar pemenuhan gizi di seribu hari pertama pasca kelahiran dapat dipenuhi.
“Selain itu kami juga berharap instansi terkait juga dapat menekan angka pernikahan dini yang menjadi salah satu pemicu terjadinya kelahiran anak yang berpotensi mengalami stunting.
Sementara itu, Penjabat Bupati Batola, Mujiyat, menyampaikan, saat ini pihaknya telah berhasil menekan angka stunting dari 31 menjadi 11,6 persen di tahun 2023.
Menurut Mujiat, melalui berbagai program inovasi dan gerakan seperti membagikan telur setiap hari, melakukan rembuk stunting setiap Minggu sebagai evaluasi kinerja, sangat efektif dalam menurunkan angka stunting.
“Sunting itu pasti turun karenakan dengan gerakan kita yang membagi telur dan susu seperti hai ini kan, artinya menandakan kita ada usaha, nah kalo ada usaha itu ada ukuran kinerjanya, lalu di evaluasi, nah 11,6 tadi masih 31, jadi belum update,” pungkas Mujiat.