Gubernur Bali: Marigold Khas Bali Sudah Ada, Selanjutnya Mawar dan Anggrek Khas Bali 

8 Agustus 2023 13:15 WIB
Gubernur Bali I Wayan Koster menghadiri acara peresmian penggunaan varietas Marigold atau Gemitir khas Bali berjenis oranye, kuning, emas, putih, dan merah di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, Selasa (8/8).
Gubernur Bali I Wayan Koster menghadiri acara peresmian penggunaan varietas Marigold atau Gemitir khas Bali berjenis oranye, kuning, emas, putih, dan merah di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, Selasa (8/8). ( Media DPP PDIP)
Tabanan, Sonora.ID - Gubernur Bali I Wayan Koster menghadiri acara peresmian penggunaan varietas Marigold atau Gemitir khas Bali berjenis oranye, kuning, emas, putih, dan merah di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, Selasa (8/8). Varietas itu dinamakan Sudamala.
 
Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria, dan akademisi serta peneliti dari Universitas Udayana turut hadir dalam peresmian varietas Gemitir Bali Sudamala.
 
Koster dalam pidato sebelum meresmikan varietas, mengungkapkan tentang awal mula Pemerintah Provinsi Bali bersama IPB mengembangkan benih Gemitir untuk warna baru.
 
Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu bercerita pengembangan benih Gemitir jenis baru bermula saat dirinya mendampingi Ketua Umum PDI Perjuangan Prof.Dr.(HC) Megawati Soekarnoputri hadir di sebuah acara di Gianyar, Bali.
 
Koster mengatakan saat itu dekorasi acara di Gianyar menggunakan bunga Gemitir. Megawati kemudian menyanjung hiasan tersebut.
 
 
Namun, menurutnya, Megawati sempat menyoroti warna bunga Gemitir untuk dekorasi acara di Gianyar yang berwarna kuning saja.
 
"Ibu Megawati, suatu saat saya mendampingi beliau di Gianyar, ada dekorasi bunga Gemitir. Sambil jalan ke tempat acara, beliau melirik, kiri dan kanan, saya pikir beliau akan tanya. Benar saja beliau tanya, Koster ini dekorasi bagus, tetapi, kok, ini kuning semua. Saya bilang nanti saya bikin merah," kata Koster.
 
Dari kejadian itu, Koster menelepon seorang peneliti untuk mengembangkan dan meneliti benih Gemitir agar hasil tanaman tidak sekadar berkelir dasar, yakni kuning.
 
Menurutnya, pengembangan benih Gemitir untuk warna baru dilaksanakan selama tiga tahun dan menghasilkan varietas warna merah hingga putih.
 
"Setelah ini jadi, ini kebahagiaan luar biasa. Pertama varietas bertambah, oranye, emas, merah, dan putih," ujar Koster.
 
Koster mengatakan benih Gemitir warna baru ini menjadi varietas asli Bali dan bisa menjadi tanaman unggulan dari provinsi di Pulau Dewata.
 
Menurut Koster, pengembangan varietas baru bisa menguntungkan dari sisi ekonomi apabila melihat konsumsi bunga Gemitir cukup tinggi, terutama saat hari raya keagamaan Hindu seperti Galungan dan Kuningan.
 
Menurutnya, hasil penelitian benih Gemitir jenis baru ini bisa menekan angka impor bibit tanaman yang sama dari Thailand.
 
Dia kemudian membeberkan angka pengembangan benih Gemitir hanya Rp3 Miliar, sedangkan impor tanaman yang sama menghabiskan biaya Rp 30 Miliar per tahun.
 
 
"Omzet Gemitir di Bali 200 M. Kalau Galungan dan Kuningan harga perkilo Rp40 ribu sampai Rp 60 ribu. Kalau normal Rp 10 ribu. Artinya kita sudah bersiap-siap. Saya akan menghentikan impor benih dari Thailand. Ini pelajaran pertama dan kita akan memproduksi sendiri. Kalau bisa dari hulu sampai hilir. Ternyata Gemitir bisa buat teh, buat kue, bisa buat perawatan wajah. Jadi, bisa buat makanan, bahkan untuk lalapan. Saya coba bersama kepala dinas, saya makan benaran, biasa saja. Bagus juga buat lalapan, katanya bagus buat mata dan muka," katanya.
 
Dia menegaskan pengembangan benih Gemitir varietas baru yang dilakukan Pemprov Bali bersama IPB dilakukan secara organik dan tidak menggunakan bahan kimia.
 
"Ini menurut saya salah satu kemajuan yang masuk kategori revolusi juga. Ini bunga organik. Revolusi pertanian mulai dari Gemitir," ujar politikus PDIP itu.
 
Hanya saja, imbuh Koster, peneliti masih memiliki pekerjaan rumah soal mempertahankan warna merah di bunga Gamitir untuk bisa permanen.
 
Sebab, bunga Gemitir yang berwarna merah hanya bertahan selama dua pekan untuk kemudian warnanya berganti ke kuning.
 
"Pekerjaan rumah lain dari para peneliti untuk menghasilkan benih Gemitir yang bunganya berwarna hitam. Enggak perlu hitam banget, tetapi terlihat hitam," ujar dia.
 
Sementara itu, Rektor Arif Satria memuji langkah Koster mengambangkan benih Gemitir varietas baru yang menggunakan cara organik atau kembali ke alam. 
 
"Jadi, mengembalikan alam untuk organik sebuah keniscayaan. Tadi saya mendalami Perda yang ada di Bali, saya lihat revolusi pertanian baru ada di Bali," ujar Arif.
 
 
Menurutnya, setiap pemangku kepentingan memang perlu mengedepankan pertanian yang sifatnya organik atau kembali ke alam.
 
"Alam itu bersifat diversity, saling bergantung, adaptasi, kalau umat belajar dari alam, itu akan membuat kita kokoh. Kita tahu hutan tidak ada yg memupuk, tetapi tumbuhan hidup, laut tidak ada yang kasih makan, tetapi ikan hidup," ujarnya.
 
Ke depan, kerjasama Pemprov Bali dan IPB akan terus dilanjutkan untuk meneliti dan mengembangkan varietas bunga yang khas dari Bali.
 
“Ke depan kerjasama baik ini akan berlanjut, kita akan mengembangkan bibit bunga mawar dan anggrek khas Bali,” kata Koster.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm