Sonora.ID - Cerita fantasi merupakan cerita hasil khayalan atau fantasi si pengarang atau penulis saja karena tidak terjadi di dunia nyata.
Pada cerita fantasi, berbagai hal yang mustahil terjadi di dalam dunia nyata pun bisa terjadi dalam jenis cerita ini.
Selain itu, sama seperti halnya dengan cerita narasi biasanya, cerita fantasi juga memiliki berbagai macam tema.
Jenis Cerita Fantasi
Mengutip dari buku Explore Bahasa Indonesia Jilid 1, berdasarkan kesesuaian dengan kehidupan nyata, terdapat dua jenis cerita fantasi, yaitu cerita fantasi total (keseluruhan) dan cerita fantasi sebagian (irisan).
(a) Cerita fantasi total (keseluruhan)
Berisi cerita yang keseluruhannya hasil khayalan pengarang terhadap objek tertentu. Pada cerita fantasi jenis ini, semua yang terdapat pada cerita tidak terjadi atau tidak ada dalam dunia nyata.
Misalnya, cerita fantasi novel Harry Potter keseluruhannya merupakan fantasi total pengarang. Jadi, nama orang, nama objek, dan nama tempat, semuanya benar-benar rekaan pengarang.
(b) Cerita fantasi sebagian (irisan)
Berisi cerita hasil khayalan pengarang, tetapi masih menggunakan nama-nama yang ada dalam dunia nyata, misalnya, nama tempat atau peristiwa yang pernah terjadi. Contoh cerita fantasi sebagian adalah Anak Rembulan karya Djokolelono.
Berikut ini pun kami sajikan kumpulan contoh cerita fantasi dongeng yang singkat, pendek, populer, dan kaya makna, dikutip dari berbagai sumber.
Baca Juga: 10 Cerita Dongeng Sebelum Tidur Anak: Bahasa Indonesia dan Inggris
Contoh Cerita Fantasi Dongeng yang Singkat, Populer, dan Kaya Makna
Contoh 1
Morita dan Peri Bunga
Morita memandangi peri-peri bunga yang beter bangan di depan jendelanya. Mereka terbang sambil bercanda dan tertawa-tawa gembira. Morita jadi iri.
“Seandainya aku bisa terbang, pasti menyenangkan!
Aku bisa memetik mangga di rumah Bibi Nella, duduk-duduk di atas jam menara di tengah kota,
bahkan bisa terbang ke awan. Pasti seru sekali!” gumam Morita.
Wuiiing! Seorang peri bunga melintas di depan mata Morita sambil menghamburkan wangi melati.
Morita kaget! Hihi... Peri Melati tertawa cekikikan.
“Peri Melati, ajari terbang, dong!” pinta Morita.
Peri Melati cuma tertawa. “Kenapa aku harus mengajarimu?” katanya.
“Kalau mau, kamu pasti bisa sendiri!” Peri Melati pun terbang menjauh, bergabung dengan teman-temannya.
Morita bingung. “Masak sih, aku bisa terbang sendiri?” tanyanya.
Morita ingat, beberapa waktu yang lalu, dia mencoba terbang dari loteng.
Hasilnya? Morita jatuh bedebuk dengan suksesnya.
Untung jatuhnya di atas tumpukan jerami. Kalau tidak, mungkin dia sudah gegar otak.
Kali ini Morita memanggil Peri Alamanda yang asyik membersihkan bunga alamanda.
“Ssst, Peri Alamanda, apa sih rahasianya biar bisa terbang?”
Peri Alamanda memamerkan giginya yang kecil-kecil dan rapi.
“Ah, itu kan rahasia,” kata Peri Alamanda sambil mengedipkan sebelah matanya.
Uuugh, Morita geregetan. “Kenapa sih, para peri bunga enggak mau mengajariku terbang?” katanya kesal.
Diam-diam Morita punya rencana untuk menjahili para peri itu.
Pyuuur! Morita menaburkan bubuk bersin di antara bunga-bunga di depan jendelanya.
“Hatsyiii!” Peri Melati bersin dengan keras.
“Hatsyiiiiii!!!” Peri Mawar menyusul dengan bersinnya yang lebih kuat. Hihi, Morita cekikikan sendiri.
Tiba-tiba, Peri Melati, Peri Mawar, dan Peri Anggrek sudah melayanglayang di hadapan Morita. Morita terkejut.
“Oh, tamatlah riwayatku! Mereka pasti marah padaku!” piker Morita. Morita Memejamkan matanya ketakutan.
“Hihihi... Morita, kamu lucu sekali!” Morita membuka matanya.
Ketiga peri yang ada di depannya sedang tertawa terkikik-kikik.
“Lucu bagaimana?” tanya Morita bingung.
“Kamu membuat kami bersin-bersin, hihihi,” Peri Mawar kembali tertawa.
“Ah, peri-peri yang aneh,” gumam Morita. Kalau dia yang dikerjain teman-temannya, pasti marah-marah.
Tapi, peri-peri bunga itu malah tertawa-tawa.
Kali ini, Morita punya rencana keisengan lain.
“Ssst, sini!” panggil Morita. Lima peri kecil terbang mendekat dengan semangat.
Tiba-tiba mereka menjerit bersama-sama. Aduuuh, ternyata Morita iseng sekali melempari mereka dengan kumbang karet raksasa.
“Morita! Kami kan takut kumbang!” protes Peri Mawar. Morita menjulurkan lidahnya.
“Hihihi, sekarang mereka pasti marah,” pikir Morita ketika melihat muka Peri Mawar yang mulai memerah.
Tapi, tiba-tiba Peri Melati mengangkat kumbang mainan itu dan melemparkannya ke arah teman-temannya.
Mereka langsung menyingkir sambil tertawa. Loh, kumbang mainan itu malah jadi mainan.
“Kok kalian enggak marah, sih?” tanya Morita kesal.
Hihihi... Peri-peri bunga itu cuma tertawa.
“Kamu kesal, Morita?” tanya Peri Mawar. “Pantas saja kamu enggak pernah bisa terbang!”
“Maksudmu?” tanya Morita heran.
“Dengar ya, Morita. Kalau kamu kesal, hatimu akan terasa berat.
Jadi, badanmu juga akan terlalu berat untuk terbang,” jelas Peri Mawar.
Morita masih tidak mengerti. “Gimana, sih?” tanyanya penasaran.
“Kalau kamu ingin terbang, hatimu harus gembira. Makanya, kami selalu bergembira, bahkan ketika mengalami kesulitan sekalipun.”
“Ah, tidak masuk akal! Pasti kalian membohongiku!” seru Morita.
Morita kesal. Daripada pusing dengan peri-peri bunga itu, lebih baik tidur.
“Moritaaa!” panggil Nenek Rumi. Morita mengucek kedua matanya.
“Astaga! Aku punya janji dengan Nenek Rumi!” jerit Morita.
Ya, hari ini Nenek Rumi akan mengajari Morita merajut tas jaring-jaring yang indah.
“Kamu hebat, Morita! Kamu cepat belajar!” puji Nenek Rumi ketika Morita hampir selesai merajut tas kecilnya.
Sebenarnya rajutannya banyak yang salah, tapi Morita senang dipuji Nenek Rumi.
Dan ketika tas kecil Morita sudah benar-benar selesai, Nenek Rumi punya kejutan untuknya.
Sekantung permen cokelat kesukaan Morita!
“Masukkan ke dalam tas barumu dan bawalah pulang.”
“Wah, Nenek baik sekali!” seru Morita semakin gembira.
“Aku akan membaginya dengan adikku. Terima kasih, Nek!” Morita segera berlari gembira menuju rumahnya.
Buuuk! Tiba-tiba kaki Morita terantuk batu. Darah mengalir dari lututnya.
Hampir saja Morita mengumpat. Tapi, ketika ingat permen cokelat di tasnya, Morita segera bangkit dan ingin segera sampai di rumah.
Morita kembali berlari dengan gembira.
Saking gembiranya, tanpa terasa kaki Morita terasa melayang-layang.
Morita membelalakkan kedua matanya. Ajaib! Tubuhnya jadi ringan melayanglayang di udara.
Semakin Morita bergembira, semakin tinggi terbangnya.
“Astaga, peri bunga tidak bohong! Kalau kau gembira, aku bisa terbang!
Oh, ini benar-benar ajaib! Cihuy! Kini aku bisa terbang!” teriak Morita gembira.