15 Contoh Cerita Fantasi Dongeng: Singkat, Populer, Kaya Pesan Moral

9 Agustus 2023 15:57 WIB
Contoh cerita fantasi dongeng yang singkat, pendek, populer, dan kaya pesan moral.
Contoh cerita fantasi dongeng yang singkat, pendek, populer, dan kaya pesan moral. ( Freepik)

Para peri sangat ingin membantu. Tink menunjukkan kepada semua orang apa yang harus dilakukan. 

Dalam sekejap mata, kreasi Tink mengisi ember dengan cat dan biji beri. Segera, semuanya sudah siap untuk musim semi!

“Kamu berhasil! Kamu menyelamatkan musim semi! ” seru Ratu Clarion.

“Kita semua melakukannya,” kata Tinkerbell.

Peri Mary memberi tahu Tink bahwa dia juga bisa pergi ke daratan. Kotak musik yang diperbaiki Tink adalah milik seorang gadis kecil yang istimewa. Dan hanya Tinkerbell yang bisa mengirimkannya kepadanya.

Tinkerbell senang. Tinkerings nya telah menyelamatkan musim semi. Dia peri yang suka mengotak-atik dan bangga akan hal itu!

Contoh 4

Pangeran Kodok dan Putri Kerajaan

Pada zaman dahulu di suatu kerajaan, hiduplah seorang putri cantik yang tinggal bersama kedua orangtuanya, yakni raja dan ratu. Putri itu hidup bahagia dengan segala kemudahan yang selalu ia dapatkan.

Suatu ketika, putri sedang menikmati waktu sorenya dengan bermain bola karet di area belakang kerajaan. Ia terus melemparkan bola dengan nuansa emas itu ke sana dan ke mari. Sampai tiba-tiba bola yang dimainkan putri terlempar dan masuk ke dalam kolom besar.

"Bolaku! Ah, kenapa aku begitu ceroboh," ujar putri sembari menghampiri area pinggir kolam.

Dengan raut wajah sedih, Putri terus menatap ke arah kolam dan memikirkan bagaimana caranya bola miliknya bisa diambil dari dasar kolom. Namun, tiba-tiba munculah seekor kodok yang membuat putri sedikit terkejut.

"Hai putri cantik, mengapa kamu terlihat bersedih?" tanya kodok yang ternyata bisa berbicara.

Putri yang sudah dibuat terkejut karena kehadiran kodok dari dalam kolam, kini semakin terkejut karena kodok itu bisa berbicara kepadanya.

"Bagaimana bisa seekor kodok bisa bicara?" tanya putri kebingungan.

Kodok tak menjawab pertanyaan putri, ia justru kembali bertanya mengapa putri cantik di hadapannya ini nampak begitu murung. Putri pun menjelaskan bahwa ia baru saja menjatuhkan bola emas miliknya ke dasar kolam tersebut.

"Masalahnya, bola emas itu adalah pemberian dari Papaku (sang raja). Aku sedih karena kecerobohanku itu, bolanya jadi masuk ke dalam dan tidak bisa ku ambil," sambung putri menceritakan.

Kodok pun menawarkan sebuah ide kepada putri untuk bisa mengambilkan bola emasnya di dasar kolam. Kodok itu berkata, "Akan aku ambilkan bola emas itu, namun kamu harus mengabulkan satu syarat padaku.

Karena tahu betapa berharganya bola emas itu, sang putri pun langsung menyetujuinya. Ia bertanya, "Apa syaratnya? Kamu bisa memberitahuku."

"Aku ingin masuk ke dalam istana kerajaan, izinkan aku untuk bisa masuk ke dalam sana," pinta kodok.

"Baiklah kalau hanya itu. Sekarang cepat kamu ambilkan bola milikku," jawab Putri yang langsung dilaksanakan oleh kodok.

Si kodok pun langsung masuk ke dalam kolam dan mengambilkan bola emas itu yang ada di dasar kolam. Tak lama, ia benar-benar kembali membawakan bola milik sang putri.

Setelah bola emas milik putri sudah dikembalikan, putri langsung berlari meninggalkan kodok dan masuk ke dalam istananya. Kodok pun langsung dibuat kebingungan dengan tingkah putri yang tiba-tiba meninggalkannya.

"Putri, kenapa kamu meninggalkanku? Bukankah kamu berjanji akan membawaku masuk ke dalam istana?" teriak kodok kepada putri.

Putri kembali menolehkan kepalanya sembari tertawa, "Tentu saja itu hanya omongan semata, kodok. Mana mungkin kodok jelek sepertimu aku izinkan masuk ke dalam istana ini."

Kodok pun hanya terdiam mendengar jawaban putri, ia tak menyangka karena putri tega membohonginya demi kepentingannya semata. Sampai malam tiba, kodok rupanya mengejutkan keluarga kerajaan dengan kehadirannya.

"Maaf raja, di depan ada seekor kodok yang mengaku mendapat undangan makan malam dari sang putri," ujar salah seorang pelayan kepada raja.

Meras bingung sekaligus terkejut karena kodok yang datang, akhirnya raja pun meminta pelayan tadi membawa kodok ke hadapannya. Setelah dipertemukan, raja meminta putrinya untuk menceritakan kejadian apa yang sebenarnya terjadi.

Putri dengan ekspresi sedikit takut pun mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi di area belakang kerajaan mereka. Papanya sempat kecewa dengan putri yang memiliki sifat pembohong itu.

Kemudian sang raja berkata “Jika kamu telah berjanji pada kodok untuk mengizinkan masuk, maka tepatilah. Jangan jadi orang yang hanya mau kepentingannya dituruti, namun kamu enggan menuruti kemauan orang lain."

"Baik, Pa. Maafkan aku. Maafkan aku juga, kodok," ucap putri meminta maaf pada sang raja, yang kemudian meminta maaf pula pada kodok.

Setelah meminta maaf, raja pun mengizinkan kodok untuk ikut makan malam bersama keluarganya. Ia memerintahkan salah seorang pelayan untuk menyediakan piring tambahan untuknya.

"Sebelumnya, terima kasih untuk raja dan ratu yang telah mengizinkan saya masuk, bahkan makan malam bersama dengan keluarga kerajaan," ujar kodok sebelum sesi makan mereka dimulai.

Setelah pelayan tadi datang dan ingin meletakan piring yang sebelumnya diperintahkan raja, kodok tadi pun berkata bahwa ia tidak membutuhkan piring tambahan.

"Aku bisa makan dari piring yang sama dengan putri," ujar kodok yang tentu saja membuat putri hampir marah.

Putri memasang ekspresi tak percaya dengan apa yang diucapkan kodok. Ia merasa jijik karena kodok memintanya menggunakan satu piring yang sama. Namun, ia tak bisa mengelak lagi karena takut sang Papa akan marah lagi padanya.

"Selamat makan semua," ujar raja ketika semuanya sudah siap untuk menyantap menu makan malam mereka.

Setelah sesi makan malam, putri kembali ke kamarnya dengan diikuti kodok tadi. Di dalam kamar, kodok meminta untuk tidur di tempat tidur milik putri. Meski sempat menolak, namun ia tidak menolak tawaran kodok karena tidak mau raja marah padanya.

"Baiklah, kamu bisa tidur di sebelahku tetapi tidak boleh mengganggu," ujar putri yang langsung disetujui oleh kodok. Keduanya pun langsung tertidur hingga pagi tiba. 

Keesokan harinya kodok membangunkan putri, "Hai putri cantik, bangunlah ini sudah pagi."

Setelah benar-benar bangun dari tidurnya, kodok kembali menyapa putri dan membuat sebuah permintaan lainnya.

"Jika kamu mengabulkan satu permintaan lagi untukku, maka aku akan segera pergi dari istana ini," ujar kodok kepada putri.

Mengetahui fakta bahwa kodok akan segera pergi dari sini, putri pun langsung menyetujui dan bertanya apa permintaan terakhir kodok padanya.

Kemudian sang putri bertanya “Coba sebutkan permintaanmu itu, wahai kodok.”

Sang kodok kembali bekrta, “Aku ingin putri mengelus kepala sampai punggung ku dengan sarung tangan sutra milikmu."

Mendengar permintaannya yang semakin aneh, putri pun marah kepada kodok. Ia berkata, "Berani sekali kamu. Tidak mungkin permintaan konyol itu akan aku kabulkan."

Dengan ekspresi sedihnya, kodok memohon kepada putri untuk yang terakhir kalinya. Putri kemudian berpikir sejenak, "Mengelus sekali saja tidak masalah sepertinya. Justru setelah ini ia akan terbebas dari kodok itu,kan?" pikir putri.

Putri pun mengambil kain sutra miliknya dan meminta kodok menghampirinya, "Baiklah, ke mari dan akan ku kabulkan permintaan terakhirmu itu."

Putri mulai mengelus kodok seperti pintanya, dari mulai kepala hingga punggungnya. Setelah selesai dengan pekerjaannya, putri dikejutkan dengan sebuah sinar terang yang ada di hadapannya. 

Rupanya, kodok tadi kini sudah berubah menjadi seorang pemuda tampan lengkap dengan pakaian seorang pangeran kerajaan seperti dirinya.

Kembali dibuat terkejut dengan perbuatan kodok, kali ini putri tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia pun mulai bertanya, "Siapa kamu dan bagaimana dengan kodok yang tadi ada di hadapanku?"

Pangeran tadi kemudian duduk menghampiri putri dan mulai menceritakan kepadanya. Ia berkata bahwa dirinya adalah seorang pangeran dari negeri yang cukup jauh. Suatu ketika, terdapat seorang penyihir yang menyihirnya menjadi seekor kodok. 

"Hanya ada satu cara untuk melepas sihiran tersebut, yakni mendapat usapan dari sarung tangan sutra seorang putri," ujar pangeran kodok menyambungkan ceritanya.

Usapan putri tadi rupanya berhasil menyelamatkan pangeran dari sihir yang menimpanya selama ini. Keduanya pun langsung menghadap ke raja dan ratu, serta menceritakan semua yang terjadi.

Raja turut senang mendengar cerita dari pangeran kodok. Ia kemudian kembali menasihati putrinya, "Wahai putriku,kejadian ini bisa menjadi pelajaran bahwa jangan pernah kita menilai orang hanya dari penampilan luarnya saja."

"Dan pastinya jangan sampai kita menghakimi orang tersebut sebelum kita mengetahui kebenaran yang terjadi," ujar ratu menyambung ucapan raja.

Kemudian, raja pun menjamu sang pangeran sebelum pangeran itu kembali ke kerajaannya pada keesokan harinya. Setelah melakukan sarapan pagi bersama, pangeran kodok mengajak putri ke area belakang istana.

"Tempat ini menjadi tempat kali pertama kita bertemu. Di sini juga aku ingin mengatakan sesuatu padamu, putri," ujar pangeran yang membuat putri tersenyum malu.

Pangeran melanjutkan ucapannya dengan mengajar putri menikah. Ia berkata, "Maukah kamu menikah denganku dan tinggal bersamaku di kerajaanku?”

Penuh haru, sang putri pun menerima tawaran pernikahan dari pangeran dan keduanya saling melempar senyum satu sama lain. Setelah putri menerima tawaran pernikahan dari pangeran, tiba-tiba muncul seekor kodok dari tepi kolam.

Keduanya mulai mendekat dan memerhatikan apakah kodok di hadapan mereka adalah jelmaan seperti pangeran sebelumnya? Namun, setelah menunggu beberapa lama, kodok itu tak kunjung berbicara.

Putri dan pangeran pun tertawa karena ternyata kodok di hadapan mereka bukan kodok kutukan, melainkan kodok sungguhan. Pernikahan mereka pun digelar secara sederhana dan mereka hidup bahagia selamanya.

Contoh 5

Kurcaci di Taman Bunga

Rumah itu sangat bagus dan besar. Halaman luasnya ditanami berbagai jenis bunga. Semua orang yang melewatinya selalu berdecak kagum. Pemilik rumah itu adalah seorang saudagar kaya. Ia tinggal bersama istrinya yang cantik dan Elena, putrinya yang berumur tujuh tahun. Istri saudagar itulah yang selalu rajin mengurus taman bunganya. Elena kadang membantu ibunya.

Namun sejak sebulan lalu, rumah itu menjadi sepi dan suram. Taman bunganya pun tak terawat lagi. Itu karena istri si saudagar meninggal dunia. Tidak ada lagi orang yang merawat bunga-bunga itu. Elena pun jarang bermain di taman. Tempat itu mengingatkan dia pada ibunya. Itu membuatnya sedih

Suatu hari saudagar itu berniat membongkar taman bunga itu. Sebab sudah sangat tak terawat. Elena sedih karena kenangan ibunya akan hilang begitu saja. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Maka sore itu, Elena pergi ke taman bunga. Ia duduk di sana, menikmati hari-hari terakhirnya bermain di situ.

Elena mendesah panjang dan mulai berbicara sendiri, "Ah, aku akan sedih sekali bila taman bunga ini dibongkar. Tapi aku harus bagaimana?"

"Apa? Dibongkar?" Elena tersentak kaget mendengar suara nyaring itu. Entah darimana asalnya. Elena menoleh ke kiri dan ke kanan. Tapi tak tampak siapapun.

"Siapa yang berbicara tadi?" tanya Elena bingung. Elena memandangi bungabunga di dekatnya. Tak mungkin bunga-bunga itu berbicara. Tiba-tiba tampak bayangan melesat di antara bunga-bunga. Elena segera menyibak beberapa tangkai bunga. "Ah!" pekik Elena kaget.

"Ah!" Makhluk kecil di balik setangkai bunga melati itu juga memekik kaget.

Elena memandangi makhluk aneh itu dengan takjub. Makhluk itu seperti anak kecil berukuran sebesar jari telunjuk. Wajahnya bulat, telinganya lancip, matanya hijau. Topinya berbentuk daun. Baru kali ini Elena melihat makhluk itu.

"Siapa kamu?" tanya Elena yang masih terkejut.

"Siapa kamu?" Makhluk kerdil itu balik bertanya.

"Namaku Elena," sahut Elena.

"Apakah kamu ini kurcaci?" Mata makhluk itu berkilat-kilat.

Ia memanjat tangkai bunga di sampingnya. Lalu duduk di kelopak bunga. "Betul. Namaku Pep. Aku tinggal di sini," jawabnya. Alis Elena terangkat. "Di sini? Di taman ibuku?"

Pep mengangguk. "Apa benar ayahmu akan membongkar taman ini?"

Raut wajah Elena kembali muram. "Ya. Kata Ayah, tidak ada lagi yang bisa merawat taman ini. Ayah juga sering sedih kalau melihat taman ini."

"Tolong jangan bongkar taman ini," pinta Pep. "Aku dan keluargaku senang tinggal di sini." "Keluargamu? Apa masih ada kurcaci lain di taman ini? Di mana mereka?" Elena kelihatannya bersemangat sekali.

Pep menggelengkan kepala. "Tidak. Bangsa kami tidak suka bertemu manusia. Menurut kami, manusia itu kejam. Gara-gara manusialah bangsa kami pindah dari hutan yang sudah lama kami tempati. Mereka suka menebang pohon sembarangan. Juga berburu sembarangan. Sehingga tidak ada sudut yang aman lagi di hutan kami. Karena itu kami pindah ke taman bunga ini."

"Tapi tidak semua manusia jahat," protes Elena.

"Aku tahu," kata Pep sambil tersenyum. "Kami kenal ibumu. Ia baik, selalu merawat bunga-bunga ini. Kami juga membantu merawat taman ini untuknya."

"Kau pernah bertemu ibuku?"

“Tidak. Kami masih takut terlihat oleh manusia," ujar Pep.

"Lalu kenapa kau mau dilihat olehku?" tanya Elena heran.

Pep menunduk. "Karena aku Kebetulan mendengar perkataanmu. Bahwa taman ini akan dibongkar. Tolong cegah ayahmu."

Elena bingung. "Tapi aku hanya anak kecil. Aku tidak bisa apa-apa. Lagi pula, aku selalu sedih jika berada di sini karena selalu teringat ibuku."

Pep melompat berdiri. "Ibumu sangat menyayangi taman ini. Ia akan sangat senang jika kau bisa merawat kebun ini untuknya." Elena ragu-ragu.

"Jangan biarkan kenangan akan ibumu hilang begitu saja," kata Pep lagi. "Memang akan sedih bila teringat pada ibumu. Tapi kenanglah hari-hari bahagia bersamanya. Tidak semua anak memiliki ibu sebaik ibumu. Kenangannyalah yang harus kamu jaga baik-baik. Jangan biarkan hatimu bersedih, Elena."

Mata Elena berkaca-kaca. Ia tersenyum lebar dan berkata pada Pep, "Kamu benar Pep. Aku tahu Ibu tidak akan suka melihat Ayah dan aku terus bersedih untuknya.

Terima kasih telah mengingatkan aku. Aku akan bicara pada Ayah. Dan akan kukatakan kalau aku ingin membuat taman ini indah kembali. Aku akan meminta bantuan pembantu-pembantuku. Aku belum begitu mengerti soal berkebun. Aku juga butuh bantuanmu, Pep."

Pep tersenyum lebar. "Tentu saja aku akan membantumu menjaga taman ini. Karena di sinilah rumahku sekarang. Terima kasih telah mengizinkan aku dan keluargaku tetap tinggal di sini."

"Bagaimana jika orang lain melihatmu?" Tanya Elena khawatir.

"Tenang saja. Kami sangat ahli bersembunyi. Tidak akan ada orang yang bisa melihat kami."

"Apakah kita bisa bertemu lagi?"

"Entahlah, Elena, tapi aku senang bisa mengenalmu. Aku harus pergi untuk memberitahu kabar gembira ini kepada keluargaku. Sampai jumpa!" kata Pep. Kemudian ia meloncat turun dari kelopak bunga dan berlari pergi. Elena lalu bangkit. Ia bertekad akan bicara pada ayahnya yang sebentar lagi pulang.

Dua bulan setelah itu, taman bunga Elena sudah kembali indah. Bunga-bunga beraneka warna bermekaran dan sangat harum. Elena tidak pernah lagi bertemu dengan Pep atau kurcaci lain. Tapi Elena selalu yakin bahwa ada kurcaci yang tinggal di taman bunganya.

(Oleh: Lingliana)

Contoh 6

Kupu-Kupu Saputangan 

Namanya Putri Marina. Di sebuah kerajaan bernama Awan Biru, hidup seorang putri raja yang cantik jelita. Putri Marina mempunyai hobi atau kesukaan yang agak unik, dia sangat menyukai saputangan. Ya, Putri Marina mengumpulkan saputangan banyaaak sekali. 

Setiap hari dia meminta penjahit istana untuk membuatkannya saputangan baru. Syaratnya, dia tidak mau saputangan yang sama. Saputangannya harus berbeda setiap hari. Karena semua orang tahu bahwa Putri Marina sangat menyukai saputangan, setiap tamu yang datang ke istana akan membawa oleh-oleh beberapa lembar saputangan cantik untuk Sang Putri. Putri Marina pasti akan kegirangan menerimanya. 

Setelah memandang-mandang dan mengelus-elus saputangannya sampai puas, Sang Putri pun akan segera membawanya ke kamar dan memasukkannya ke sebuah lemari ukiran yang sangat besar, yang seluruh isinya adalah saputangan!

Bisa dibilang, Putri Marina punya saputangan beragam model, warna, dan gambar apapun di lemarinya. Mulai dari yang polos nan lembut sampai yang permukaannya penuh gambar bunga berwarna-warni. 

Suatu hari, tak cukup hanya mendapat saputangan dari tukang jahit istana dan para tamu kerajaan, Putri Marina merengek meminta ayahnya, Sang Raja, untuk mengumpulkan saputangan-saputangan dari seluruh negeri. 

"Ayolah, Ayah, aku ingiiin sekali mendapatkan saputangan yang dimiliki seluruh perempuan di kerajaan kita. Pasti banyak sekali. Coba Ayah bayangkan, aku memiliki semua saputangan itu, melengkapi koleksiku di lemari!" Begitu sayangnya Sang Raja kepada putrinya, akhirnya Raja mengikuti kemauan Putri Marina. 

Dia mengumumkan ke seluruh negeri untuk mengumpulkan semua saputangan yang ada di wilayahnya untuk diberikan kepada putri raja. "Sebagai tanda cinta rakyat Awan Biru kepada Putri Marina, semua penduduk perempuan yang memiliki saputangan harus menyerahkan semua saputangannya kepada pengawal istana yang akan berkeliling ke desa-desa," begitu bunyi pengumumannya. 

Meski merasa agak janggal, semua perempuan di Kerajaan Awan Biru mulai mengumpulkan saputangan-saputangan mereka. Beberapa perempuan agak sedih berpisah dengan saputangan kesayangan mereka, sebab di antaranya memiliki kenangan. Namun, mereka tetap merelakannya untuk dibawa pengawal.

Bisa kau bayangkan! banyaaak sekali saputangan yang terkumpul. Jumlahnya ribuan!

Begitu melihat rombongan pengawal istana membawa saputangan-saputangan itu ke halaman istana, hati Putri Marina berdebar-debar saking senangnya. Baru kali ini dia mendapatkan saputangan begitu banyaknya dalam satu waktu. Sang Putri girang bukan kepalang. 

Dia langsung menyambut rombongan pengawal, membuka kereta yang membawa tumpukan ribuan saputangan, melompat ke atasnya, dan menari-nari gembira bermandikan saputangan-saputangan itu. Marina tidak Putri pun mempermasalahkan saputangan-saputangan itu cantik atau tidak, yang penting dia bisa memilikinya. 

"Pengawal, minta tukang cuci istana untuk mencuci bersih semua saputangan ini dan beri pewangi! Setelah itu, lipat yang rapi dan masukkan ke lemariku,” perintah Putri Marina dengan wajah yang begitu semringah.

Begitulah, saputangan-saputangan yang tadinya milik para perempuan di seluruh kerajaan itu kini masuk ke dalam lemari besar Sang Putri. Tunggu dulu, ceritanya tidak hanya sampai di sini. 

Tahukah kamu, di dalam lemari yang penuh sesak dengan saputangan-saputangan cantik itu, terjadi huru-hara. Para saputangan lama milik Sang Putri marah-marah, karena lemari tersebut semakin sesak akibat masuknya saputangan-saputangan dari desa-desa. 

"Aduuuh, kalian bikin tambah sesak lemari ini!" seru saputangan merah jambu bergambar bunga lili. 

"Iya, nih, kenapa sih kalian mesti dimasukkan ke sini juga?" sungut saputangan bergambar kelinci.

“Maaf, ya, Teman-teman. Kami sebenarnya juga tidak mau berada di sini. Kami lebih senang bersama pemilik-pemilik kami sebelumnya," ujar saputangan bergambar laut biru sedih. 

"Jadi, kalian tidak senang berada di lemari megah Putri Marina ini?" tanya saputangan bunga lili. 

"Bukan begitu, kalau di sini, kami hanya berada terus di dalam lemari. Kalau dulu , kami selalu dibawa pemilik kami. Meski kami harus mengelap keringat mereka, tapi kami bisa ikut ke mana pun pemilik kami berjalan," jelas saputangan bergambar pohon rambutan. 

"Memang apa enaknya panas-panasan atau kehujanan di kantong tuan kalian yang bau?" tanya saputangan bergambar kucing setengah mengejek.

"Kami bisa ikut merasakan percikan air segar di sungai atau mencium wangi roti bakar di ujung jalan saat tuan kami membawa kami berjalan-jalan," ujar saputangan bergambar jerapah, matanya terpejam seakan membayangkan kata-katanya. 

"Iya, aku juga kangen dengan pemilikku dulu. Dia adalah nenek tua yang selalu membelai lembut punggungku setiap kali dia rindu suaminya yang telah meninggal. Aku ini saputangan pemberian suaminya itu. Sang nenek sayang sekali kepadaku," timpal saputangan berukir bunga mawar sambil menitikkan air mata . 

Satu per satu, saputangan-saputangan dari berbagai desa menceritakan pengalaman mereka. Ada yang dulu pemiliknya adalah bocah lima tahun yang sering menangis dan mengusapkannya ke pipi si bocah, ada yang dulu pemiliknya adalah tukang bunga yang sering menggunakannya sebagai penutup senyumnya karena dia begitu pemalu, ada yang dulu pemiliknya adalah seorang ibu yang begitu sayang kepada anak-anaknya dan memasukkan si saputangan ke tas-tas sekolah mereka. 

Begitu banyak cerita yang mereka ungkapkan, beraneka ragam dan semakin menarik. Lama-lama, para saputangan yang sejak awal dimiliki Sang Putri menjadi iri. Mereka memang bangga menjadi saputangan yang dimiliki Putri Marina, tapi selama ini mereka hanya berada di dalam lemari.

Sesekali Putri Marina menengok mereka, membuka lemari lebar-lebar, memandangi mereka helai per helai, tapi setelah itu pintu lemari ditutup kembali. Tak pernah mereka merasakan percik air sungai, mencium wangi roti bakar, atau sekadar menjadi penutup senyum yang malu-malu.

Ssst... diam-diam, saputangan-saputangan kerajaan itu juga ingin merasakan apa yang dialami teman-teman mereka dari desa. "Ah, sepertinya menarik sekali kehidupan kalian dulu, ya. Aku jadi iri," ucap saputangan bergambar kelinci. 

"Iya, aku sebenarnya juga bosan tinggal di dalam lemari terus. Apa gunanya kita diciptakan jika hanya untuk disimpan?" ujar saputangan bergambar anak gajah. 

"Kalau begitu, kita keluar saja dari sini!" seru saputangan bercorak bunga sepatu. 

"Sungguh? Apakah tidak apa-apa?" tanya saputangan berenda ragu-ragu. 

"Iya , kalau bersama-sama , kita bisa kok membuka pintu lemari besar ini!" seru saputangan bunga sepatu bersemangat. 

"Iya, ayo kita terbang keluar bersama-sama!" sahut saputangan bunga mawar tak kalah semangat. 

"Ayo-ayo!" banyak saputangan bersahutan mendengar ide ini. Lalu, keajaiban pun terjadi. Saputangan-saputangan itu mulai bergerak dan mengepak ngepakkan diri. Mereka bergerak bersama-sama dan mulai mengepak-ngepak dengan keras. 

Tiba-tiba, "Braaak!" Pintu lemari terbuka dan terbanglah mereka keluar lemari. Ribuan saputangan terbang keluar dari lemari megah Sang Putri menuju jendela yang terbuka lalu keluar dari istana. mereka terus mengepak-ngepak seperti seekor kupu-kupu yang begitu mahir terbang. 

Ajaib sekali, saputangan-saputangan itu membuat orang-orang ternganga melihatnya. Putri Marina yang akhirnya melihat kejadian itu menjerit-jerit kebingungan. “Tidak!!! Saputangan-saputanganku!!!” jeritnya berulang-ulang sambil berlarian mengejar. 

Para pengawal ikut mengejar, tapi tak ada yang berhasil menangkap satu pun karena saputangan-saputangan itu terbang terlalu tinggi. Putri Marina menangis sejadi-jadinya menyaksikan saputangan-saputangan koleksinya terbang. 

Bayangkan, ribuan saputangan cantik itu terbang memenuhi langit, menyebar ke segala arah mencari tempat asal mereka. Saputangan-saputangan kerajaan yang tadinya bingung hendak ke mana, memutuskan untuk terbang begitu saja mencari pemilik baru yang akan membawa mereka berjalan-jalan setiap hari. Mereka membayangkan, meski lelah dan berkeringat di dalam kantong para pemilik baru, mereka akan mendapatkan pengalaman-pengalaman menarik selain hanya disimpan di dalam lemari. 

Maka, terbanglah mereka bersama-sama menuju ke segala arah. Ada yang sengaja menjatuhkan dirinya di pangkuan seorang wanita yang sedang memangku bayinya, ada yang masuk begitu saja ke kantong baju seorang wanita yang sedang memetik sayuran di kebunnya. ada yang menyisip ke bawah bantal di kamar seorang penari sirkus.

Para pemilik saputangan lama yang beberapa di antaranya masih sedih kehilangan saputangan yang menyimpan kenangan dalam hidup mereka, berseru senang ketika saputangan saputangan mereka kembali.

Begitu juga si nenek yang sangat merindukan saputangan pemberian almarhum suaminya. Suasana hiruk-pikuk terjadi di berbagai desa saat saputangan-saputangan itu kembali kepada pemiliknya.

Sementara itu, Sang Putri sendiri begitu sedih saat melihat hanya beberapa helai saputangan yang tertinggal di lemarinya. Saputangan-saputangan itu adalah saputangan yang masih ingin menemani Sang Putri meski hanya disimpan di dalam lemari.

Sang Raja pun menghampirinya dan berkata, "Mungkin mereka bosan selama ini terus berada di dalam lemari. Mungkinkah kau menyimpan yang tersisa saja dan sesekali mengajak mereka berjalan-jalan bergantian supaya mereka tidak bosan dan lari seperti yang lain?"

Sambil terisak, Putri Marina menjawab, “Iya mungkin Ayah benar. Aku sedih sekali saputangan-saputanganku pergi. Tapi mungkin mereka lebih sedih karena selama ini aku hanya menyimpan mereka.”

Sejak itu, Putri Marina tidak lagi memiliki banyak barang. Dia hanya memiliki beberapa, tapi dia selalu menggunakannya. Sang Raja senang melihat anak putrinya tidak lagi tergila-gila mengumpulkan saputangan atau barang apapun sampai lupa diri. 

Contoh 7

Candi Prambanan

Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Candi ini dibangun pada abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya.

Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung. 

Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya, bahkan putri dari raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya. Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan menerimanya begitu saja.

Dia mau menikah dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.

Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowosa beserta pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai. 

Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya.

Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan bahwa tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. 

Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu yang artinya seribu. 

Baca Juga: 6 Contoh Dongeng Bahasa Sunda Singkat, Lucu Lengkap dengan Artinya

Contoh 8

Laba-laba, Kupu-kupu, dan Kancil 

Suatu hari, Kupu-kupu terbang ke sana-kemari di pinggiran hutan. Banyak bunga di sekitarnya bergoyang saat Kupu-kupu lewat. Di balik pepohonan, ia bertemu Laba-laba dan Kancil. Laba-laba sedang membuat jaring, sementara Kancil makan dedaunan. 

“Selamat pagi, Kupu-kupu,” sapa Laba-laba.

“Selamat pagi, Laba-laba dan Kancil,” balas Kupu-kupu dengan gembira. “Sedang apa kalian?” 

“Aku sedang membuat jaring, Kupu-kupu,” kata Laba-laba. “Kancil sedang menikmati sarapan.”

“Wah besar sekali jaringmu. Hasil tangkapanmu pasti banyak malam ini,” seru Kupu-kupu, Laba-laba tersenyum. 

“Tidak, Kupu-kupu,” kata Laba-laba merendah. “Meskipun jaringku besar, terkadang tak satu pun nyamuk dan serangga yang hinggap di jaringku. Berbeda sekali denganmu, kamu bisa mengisap madu sebanyak-banyaknya.”

“Betul kata Laba-laba,” imbuh Kancil. “Terkadang aku pun jarang mendapatkan daun dan buah-buahan segar.”

Kupu-kupu tersenyum malu, “Tidak juga, apabila bunga sedang gugur aku kesulitan mendapatkan makanan. Aku harus terbang cukup jauh untuk mencari bunga yang lebih segar. 

Kupu-kupu ingat, sebentar lagi musim panas sehingga banyak bunga yang akan layu. 

“Tidak apa-apa, Kupu-kupu. Tak perlu sedih. Setiap hari, kita bekerja agar bisa mendapatkan makanan. Meskipun susah, kita harus menjalaninya,” kata Kancil. 

“Betul perkataan Kancil,” tambah Laba-laba. 

“Baiklah, teman. Aku pergi dulu. Aku mau melanjutkan mencari bunga yang segar. Kalian selamat bekerja mencari makanan juga.” Kupu-kupu berpamitan, lalu menghilang di antara pepohonan. 

Mereka berpisah dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing. 

Contoh 9

Kue Ajaib Kasuari

Riri Kasuari suka sekali membuat kue. Buku resepnya tebal sekali. Katanya, buku itu dia dapatkan dari ibunya. Sedangkan ibunya mendapatkannya dari neneknya. Demikian seterusnya dan seterusnya.

Setiap penerima buku harus menciptakan resep baru. Lalu resep itu ditambahkan di buku. Itulah sebabnya buku resep itu menjadi sangat tebal.

Pada suatu hari, Riri Kasuari ingin menciptakan resep baru. Dia membuat resep “Kue Tertinggi di Dunia”. Dia mengumumkannya kepada warga Hutan Damai dengan spanduk besar.

Hari Minggu tiba. Riri Kasuari membuat banyak sekali kue tar. Semua kue itu ditumpuk-tumpuk. Makin ke atas, makin kecil. Semua hewan yang datang menyaksikan ingin segera mencicipi. Namun Riri Kasuari belum memperbolehkannya.

“Nanti saja, kalau sudah selesai.”

Koki Riri Kasuari terus menumpuk kuenya. Semakin lama, kuenya semakin tinggi. Dia sampai membongkar atap balai kota, agar kue bisa melampauinya. Sekarang kue itu lebih tinggi dari atap Balai Kota.

“Ya ampun, Riri. Sudah cukup. Jangan terlalu tinggi. Kapan kami boleh memakannya?!”

“Nanti saja, kalau sudah selesai.”

Tak lama kemudian, tinggi kue itu melebihi tinggi menara balai kota. Lalu tiba-tiba angin bertiup kencang. Wuuuzz! Kue-kue itu bertebaran. Dengan ajaib setiap kue mendarat di depan pintu setiap rumah warga Hutan Damai. Maka tak ada satupun warga yang tak kebagian.

“Hore! Ini kue paling ajaib di dunia. Ayo kita makan bersama!”

Semua hewan gembira. Riri Kasuari hanya tersenyum menggaruk-garuk kepalanya. Dia mencoret judul “Kue Tertinggi di Dunia” di buku resepnya, dan mengubahnya menjadi “Kue Paling Ajaib di Dunia.” 

Contoh 10

Kakek Kura-kura

Kakek Kura-kura berada di tengah puluhan cucunya yang duduk melingkar. Semua asyik mendengarkan ceritanya. Kakek Kura-kura sudah sangat tua. Dahulu ia pernah memenangkan sebuah balapan lari. Dia mengalahkan harimau yang terkenal dengan kecepatannya. 

Peristiwa itu terjadi dulu, dahulu sekali. Sebelum rimba ini diberi nama Hutan Damai. 

“Kakek menang, bukan?” tanya kura-kura kecil bercangkang biru. 

“Ya, seperti dongeng yang kalian dengar.”

“Wah!” semua berdecak kagum. 

Sebenarnya cerita ini sudah ribuan kali mereka dengar. Namun para kura-kura kecil tak bosan mendengarnya. Mereka masih merasa takjub. 

Kakek Kura-kura bisa menang karena dia tekun. Meski lambat, dia terus berjalan. Sedangkan Harimau sangat sombong. Dia meremehkan Kakek Kura-kura. 

Harimau bersantai-santai karena menganggap bisa mengalahkan kura-kura dengan mudah. Namun Harimau justru tertidur sangat lelap. 

Akhirnya lomba itu dimenangkan oleh Kakek Kura-kura. Harimau yang sombong merasa malu. Sejak itu, Harimau tak lagi meremehkan Kakek Kura-kura.

“Karena itu, biarpun lambat, teruslah berjalan!” pesan Kakek Kura-kura. Cucu-cucunya mengangguk-angguk mengerti. 

Contoh 11

Pensil Ajaib

Laila adalah seorang gadis miskin yang pandai. Sebagian waktunya ia gunakan untuk belajar dan membantu orang tuanya. Selain itu, Laila juga suka menghabiskan waktunya untuk menggambar.

Sayangnya, kini ia tidak dapat menggambar lagi karena pensil yang dimilikinya sudah hampir habis dan sangat

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm