Kemudian saya melanjutkan ke SMA 3 Kediri. Saya mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik, di ekskul tersebut saya mendapatkan posisi sebagai ketua redaksi. Prestasi yang pernah saya dapat adalah peringkat ketiga karya tulis jurnalistik dalam event Festival Komunikasi STAIN tahun 2013.
7. Autobiografi Diri Sendiri VII
Nama saya adalah Doni Mangkualam, lahir di Surabaya, 17 Maret 2001. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Orang tua saya bernama Asep dan Neng Asih. Di keluarga saya dipanggil Doni sementara di lingkungan pertemanan saya biasa disapa dengan sebutan Mangku.
Ayah saya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kota Surabaya, sedangkan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga. Besar di keluarga PNS, saya dan keluarga mempunyai hidup yang sederhana, tetapi sangat bahagia.
Ketika berusia sekolah, saya sekolah di SDN Pahlawan 1, Kota Surabaya. Setelah itu melanjutkan ke SMPN 1 Surabaya. Setelah lulus SMP, saya kemudian masuk ke pesantren yang berada di daerah Jombang.
Selepas itu, saya berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke Kota Bandung sampai saat ini. Semasa sekolah, khususnya di pesantren, saya kerap mengikuti lomba menggambar kaligrafi. Pihak sekolah pun sering mengirim saya ke berbagai lomba membuat kaligrafi.
Saat berkuliah, kemampuan saya terus terasah dan sempat mengikuti lomba dengan meraih juara pertama. Kelak setelah lulus, saya akan mencoba memperdalam kemampuan yang dimiliki sambil mengasah kemampuan yang lain agar bisa bekerja di tempat yang bagus.
8. Autobiografi Diri Sendiri VIII
Nama saya Andrian Pratama, biasa dipanggil Ian. Saya laki-laki yang lahir di Sleman pada 17 September 1997. Ibu saya bernama Siti Khotijah dan ayah saya bernama Daroji. Saya adalah anak tunggal.
Pendidikan pertama saya di TK Pertiwi Gondanlegi, setelah itu saya bersekolah di SDN 1 Wonogiri. Selanjutnya saya meneruskan di SMPN 2 Turi dan kemudian saya meneruskan di SMK Muhammadiyah 1, jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Hobi saya bermain game, keinginan saya ingin menjadi seorang pengusaha hebat yang bisa membuka lowongan pekerjaan bagi orang banyak.
9. Autobiografi Diri Sendiri IX
Namaku Liben Ananda, aku lahir tanggal 17 Agustus 1997 di Papua. Tetapi, saat ini aku sedang bersekolah di Jakarta sebagai siswa klas X, jurusan IPS, tepatnya di SMAN 12 Jakarta.
Usiaku sekarang ialah 17 tahun. Dari kecil, aku sudah suka sekali berolahraga dan bermain bulutangkis. Hingga kini, bulutangkis adalah cabang olahraga kesukaanku.
Oleh sebab itu, aku bercita-cita menjadi pemain bulutangkis yang hebat dan bisa membawa harum nama bangsa di kancah internasional.
Tidak hanya membanggakan Indonesia, tentu aku juga ingin membanggakan ayah dan mama yang sudah merawatku sejak kecil serta semua teman-temanku.
Dulu saat aku masih duduk di bangku kelas 5 SD, aku diberi hadiah ulang tahun berupa raket oleh kakeku. Kakeku itu juga handal sekali dalam bermain bulutangkis.
Ia selalu mengajaku bermain dan mengajariku bagaimana bermain bulutangkis yang benar. Biasanya aku selalu menghabiskan waktu liburan sekolahku bersamanya bermain bulutangkis.
Dua tahun yang lalu saat aku masih berusia 15 tahun, aku menjadi perwakilan sekolah dalam sebuah kompetisi bulutangkis antarsekolah se-kabupaten.
Dan saat itu pula merupakan kali pertamaku mengikuti kompetisi resmi.
Aku sangat senang dan merasa bangga saat itu karena terpilih menjadi perwakilan sekolah. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan sama sekali hingga aku berhasil melaju ke babak final.
Di final, ternyata aku harus menerima kekalahan dan menjadi juara 2. Tetapi, aku tidak bersedih karena ini juga merupakan salah satu pengalaman berharga yang akan ku kenang.
Saat ini aku menjadi salah satu anggota tim bulutangkis sekolahku. Seiring waktu, aku berharap kemampuanku terus meningkat agar aku bisa terus memperjuangkan cita-citaku sejak kecil.
10. Autobiografi Diri Sendiri X
Sejak awal saya tak berniat untuk melanjutkan pendidikan karena terkendala masalah biaya. Namun, berkat dorongan orang tua, teman, dan guru SMA, saya memberanikan diri untuk mencari beasiswa.
Perkenalkan, nama Saya Rudi Budiman, teman-teman di desa memanggilku dengan sebutan tuwir karena mereka menganggap wajahku terlalu tua untuk umurku yang baru belasan.
Lahir dari keluarga petani yang pas-pasan, kuliah adalah mimpi yang terlalu besar bagiku. Itu awalnya.
Entah dari mana mulainya, ayah dan ibuku sering mendorongku untuk mencari beasiswa di perguruan tinggi negeri.
Aku acapkali membantahnya karena ingin membantu ayah dan ibu menggarap kebun di desa. Terlebih, usia mereka kini sudah tak lagi muda.
Namun, bagi mereka aku merupakan anak yang mungkin berbeda karena hobi belajar.
Dari SD hingga SMA, prestasiku memang terbilang mentereng sebagai anak petani. Akan tetapi, bagiku prestasi di sekolah merupakan hal biasa.
Mencium gelagat tak akan melanjutkan kuliah, teman dan guru di sekolah lalu sering mengajak aku untuk diskusi.
Mereka mendorong aku agar mau melanjutkan kuliah dengan beasiswa. Bahkan, guruku di SMA menggaransi akan membantunya untuk mencari beasiswa.
Dengan sedikit terpaksa, aku mengiyakan saran mereka.
Singkat cerita, akhirnya akan berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri yang cukup ternama.
Aku mengambil jurusan pertanian. Harapannya agar di masa depan aku bisa melanjutkan karier bapak sebagai petani, tetapi dengan ilmu yang paling mutakhir.
Demikianlah 10 contoh autobiografi diri sendiri yang dapat kamu jadikan sebagai referensi dalam penulisannya.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.