Bandung, Sonora.ID - Kelapa sawit merupakan komoditas penting perkebunan di Indonesia yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi.
Dalam rangka mengembangkan riset dan inovasi industri perkebunan kelapa sawit Indonesia, Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sudah menyelenggarakan HortiES Talk #10 dengan tema "Penyusunan Rencana Riset dan Inovasi Mendukung Pengembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia" pada Jum'at awal Agustus lalu, secara hybrid.
Dalam siaran pers BRIN, Minggu (13/8/2023), Kepala ORPP BRIN, Puji Lestari mengatakan, kontribusi ekspor produk kelapa sawit Indonesia mencapai 13,5% terhadap total ekspor nonmigas dan menyumbang 3,5% terhadap total PDB Indonesia.
Dari seluruh nilai ekspor pertanian Indonesia, 98,86% berasal dari komoditas perkebunan dimana produk kelapa sawit memiliki kontribusi 73,83% dari total ekspor komoditas perkebunan.
"Industri ini telah menyediakan lapangan pekerjaan sebesar 16 juta tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung," ucap Puji.
Baca Juga: Megawati Kunjungi Kebun Raya Candikuning, Tinjau Kawasan Sains dan Teknologi di Tabanan
"Indonesia memiliki 16,38 juta hektar lahan perkebunan kelapa sawit yang penyebarannya dominan di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Dengan produksi CPO lebih dari 40 juta ton per tahun menjadikan Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia," ungkap Puji.
Dirinya mengungkapkan, banyak permasalahan yang harus diselesaikan, terbukti dari fakta ilmiah bahwa peningkatan produksi CPO lebih disebabkan karena peningkatan luas panen, bukan karena perbaikan produktivitas.
"Namun kita tetap menjadikan sawit yang utama meskipun menghadapi permasalahan khususnya dari Eropa. Dengan adanya BRIN, kelapa sawit sebagai salah satu komoditas perkebunan pertanian dan pangan menjadi tugas kita semua, untuk membantu komoditas ini tetap menjadi strategis dan utama," papar Puji.
Lebih lanjut dijelaskan, penggunaan mekanisasi, otomatisasi dan digitalisasi, diharapkan dapat mendongkrak produktif tetap tinggi. Sementara itu, efek El Nino harus dicari solusinya karena dapat mengancaman industri sawit, baik langsung atau tidak langsung.