Ia menyebut, ada tiga kemungkinan terkait benda penemuan tersebut. Yakni dudukan meriam, sambungan pipa air atau bagian kapal.
"Pak Wali Kota berpesan untuk dilakukan kajian. Maka lokasi ini akan disterilkan. Apakah penggaliannya dilanjutkan atau bagaimana kita lihat nanti. Yang jelas untuk jalannya rehabilitasi Langgar AL-Hinduan," ungkapnya.
Terpisah. Tim Ahli Cagar Budaya Banjarmasin, Mursalin menyebut, dugaan kuat bahwa benda itu adalah besi kapal.
"25 persennya kemungkinan dudukan meriam. Tapi jenisnya meriam statis benteng. Lalu sisa kemungkinannya sambungan pipa air," jelasnya.
"Selanjutnya akan kita lanjutkan penggalian. Kemudian penemuannya akan kita rekomendasikan sebagai cagar budaya," sambunganya lagi.
Berbeda dengan Mursalin, Antropolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Mansyur memprediksi, bahwa kemungkinan besar benda itu adalah sambungan pipa air.
Baca Juga: Gebyar Merah Putih, Cara Menamakan Cinta Tanah Air Sejak Dini
Bukan tanpa sebab, karena menurut sejarah di lokasi itu ada sambungan program water leding jalan Ulin. Kini menjadi jalan A. Yani.
"Dulu tahun 1930 sudah dibangun sambungan water leding. Walaupun belum secara besar-besaran dan belum sempat diresmikan," ungkapnya.
Sedangkan dugaan benda itu sisa besi kapal uap, Ia menyebut kecil kemungkinan. Mengingat di wilayah ini tidak ada dok kapal Belanda.
"Yang ada di wilayah Kuin dan Sungai Jingah. Jadi masih sumir kalau benda itu bagian dari kapal uap," tandasnya.
Sementara kemungkinan benda itu dudukan meriam, Ia juga perlu memastikannya lagi. Karena lokasi penemuan benda itu berdekatan dengan benteng Tatas.
"Kalau itu benar (dudukan meriam) berarti dekat area sini diduga memang ada meriamnya. Makanya perlu penelitian lebih jauh lagi," tuntasnya.
Diketahui, Pemko Banjarmasin melakukan rehabilitasi bangunan bersejarah dan penataan kawasan yang ada di sekitar Siring Piere Tendean. Yakni Langgar AL-Hinduan 1937.
Pengerjaan senilai Rp1,4 miliar rupiah itu dikerjakan selama 150 hari kerja dan ditarget selesai pada Desember mendatang.